Jakarta (ANTARA) - Direktur Perlindungan WNI (PWNI) dan Badan Hukum Indonesia (BHI) Kemlu RI Judha Nugraha menilai ada pergeseran modus dalam melakukan penipuan terhadap para calon korban yang ditawari bekerja di luar negeri.

“Yang selama ini hanya dilakukan melalui sosial media, saat ini sudah menggunakan lingkaran terdekat, dari keluarga,” kata Judha dalam konferensi pers bersama Serikat Buruh Migran (SBMI) di Jakarta, Senin.

Direktur PWNI tersebut juga mengimbau masyarakat untuk selalu waspada terhadap berbagai macam tawaran bekerja di luar negeri, bahkan ketika tawaran tersebut datang dari anggota keluarga terdekat.

“Pastikan bahwa informasi tawaran tersebut kredibel. Cek dengan otoritas yang ada di daerah masing-masing, seperti Disnaker, BP2MI, lakukan cross-check,” ujar Judha.

Dia menegaskan bahwa berangkat kerja ke luar negeri tanpa visa kerja dan tanpa menandatangani kontrak kerja di Indonesia adalah penipuan.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal SBMI Juwarih mengatakan para korban diduga dipaksa untuk merekrut orang baru lebih banyak jika mereka ingin kembali pulang ke daerah asal.

“Terindikasi bahwa korban pun disuruh untuk melakukan perekrutan. Jadi kami masih belum tergambarkan bahwa dia itu sebagai perekrut atau sebagai korban,” ujar Juwarih.

Pada 16 Agustus, SBMI menerima pengaduan dari keluarga para korban dan mengatakan bahwa mereka ditawari untuk bekerja di Thailand dengan gaji tinggi.

Namun, keluarga korban mendapat kabar bahwa anggota keluarga mereka ternyata ditempatkan di Myanmar dengan upah yang tidak sesuai dengan yang dijanjikan, serta tidak mendapat istirahat maupun akses komunikasi yang cukup.

 
Baca juga: Kemlu akan bantu 11 WNI dari Myanmar yang diduga jadi korban penipuan

Baca juga: Kemenko PMK: Ada 3.703 WNI jadi korban TPPO penipuan online


 

Presiden: Pemerintah sedang usahakan evakuasi WNI di Myanmar

Pewarta: Cindy Frishanti Octavia
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2024