Optimalkan perikanan dengan menempatkan ekologi sebagai panglima dan Ekonomi Biru...
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyerukan agar Ikatan Sarjana Perikanan Indonesia (Ispikani) dapat berkolaborasi bersama pemerintah mengembangkan potensi perikanan budidaya berkelanjutan, khususnya pada lima komoditas unggulan ekspor, yakni udang, rumput laut, tilapia, lobster dan kepiting.
Hal tersebut dilakukan sebagai upaya mendukung agar perikanan Indonesia dapat menjadi episentrum pembangunan nasional untuk wujudkan Indonesia Emas pada 2045.
“Optimalkan perikanan dengan menempatkan ekologi sebagai panglima dan Ekonomi Biru harus menjadi mainstream dalam penyusunan kebijakan, riset dan inovasi teknologi serta pengembangan ekonomi dan industri di Indonesia terutama untuk mencapai triple win yaitu Ocean Health, Ocean Wealth, dan Ocean Prosperity,” kata Trenggono lewat keterangan yang diterima di Jakarta, Senin.
Sementara itu, Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya KKP Tb Haeru Rahayu mengatakan, pengembangan budidaya lima komoditas perikanan tersebut karena besarnya potensi, serta tingginya kebutuhan protein di masa depan.
Organisasi Pangan dan Oertanian (FAO), lanjut dia, telah memprediksi populasi dunia akan tumbuh lebih dari 30 persen pada tahun 2050, pertumbuhan tersebut tentunya akan diikuti peningkatan kebutuhan protein global hingga 70 persen.
FAO juga telah mempublikasi bahwa kebutuhan protein akan semakin sulit dipenuhi dari subsektor perikanan tangkap. Sehingga subsektor perikanan budidaya menjadi faktor penting yang didorong untuk menghadapi pertumbuhan populasi penduduk dan kebutuhan protein.
Tebe menegaskan peluang pengembangan perikanan budi daya di laut, pesisir dan darat sangat terbuka, pasalnya Indonesia memiliki potensi lahan perikanan budidaya diperkirakan mencapai 17,91 juta hektare, yang terdiri dari 2,96 juta hektare air payau, 2,83 juta hektare air tawar, dan 12,12 juta hektare air laut. Saat ini, pemanfaatan lahan baru mencapai 6 persen.
Lima komoditas unggulan perairan laut Indonesia memiliki potensi besar, berdasarkan data dari Future Market Insights tercatat untuk udang tahun 2024 mencapai 64,8 miliar dolar AS sementara untuk 10 tahun mendatang diproyeksi bisa mencapai hingga 149 miliar dolar AS.
Kemudian rumput laut memiliki potensi pasar global, pada tahun 2024 diprediksi mencapai 7,8 miliar dolar AS, sementara pada tahun 2033 diproyeksi mencapai 19,6 miliar dolar AS serta tilapia memiliki nilai pasar global pada 2024 mencapai 14,4 miliar dolar AS dan diproyeksi pada 10 tahun mendatang bisa mencapai 23 miliar dolar AS.
Sementara komoditas kepiting dan lobster pada 2024, nilai pasar global untuk lobster diprediksi bisa mencapai 8,7 miliar dolar AS.
Direktur Rumput Laut, Nono Hartanto menjelaskan, budidaya rumput laut memiliki potensi di pasar lokal maupun global. KKP telah berupaya dalam pengembangan budidaya rumput laut di Indonesia, diantaranya melalui pembangunan modeling budidaya rumput laut pada tahun 2023 di Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
Tahun 2024, KKP kembali membangun modeling atau proyek percontohan budidaya rumput laut di Maluku Tenggara dan Rote Ndao dengan luas masing-masing 50 hektare, selain modeling, KKP juga telah melakukan revitalisasi kampung budidaya rumput laut dengan penyediaan bibit kultur jaringan berkualitas dan kebun bibit rumput laut.
Baca juga: Ispikani diharapkan berperan majukan sektor kelautan dan perikanan
Baca juga: Ichsan Firdaus klaim Ispikani ikut andil bidani KKP
Pewarta: Sinta Ambarwati
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2024