Beirut (ANTARA) - Misi penjaga perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) dan Kantor Koordinator Khusus PBB untuk Lebanon (UNSCO) meminta Israel dan Hizbullah untuk berhenti saling serang, saat konflik terbaru antara kedua pihak memanas.

Melalui pernyataan pada Minggu (25/8), UNIFIL dan UNSCOL menyatakan keprihatinan mendalam atas perkembangan terkini di sepanjang Garis Biru atau perbatasan Lebanon-Israel.

Misi dan kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa itu mendesak kedua pihak untuk menghentikan pertempuran dan sama-sama menahan diri dari tindakan yang bisa meningkatkan ketegangan. 

"Kembali ke penghentian permusuhan, disusul dengan penerapan resolusi Dewan Keamanan PBB 1701, adalah satu-satunya solusi berkelanjutan ke depan," demikian dinyatakan dua badan PBB itu, yang beroperasi di Lebanon.

Pada 11 Agustus 2006, Dewan Keamanan PBB dengan suara bulat mengesahkan Resolusi 1701, yang menyerukan penghentian menyeluruh permusuhan antara Lebanon dan Israel. 

Resolusi itu juga menyerutkan pembentukan zona bebas personel bersenjata serta persenjataan di antara Garis Biru dan Sungai Litani di Lebanon selatan, kecuali bagi Angkatan Bersenjata Lebanon dan UNIFIL.

“Kami akan melanjutkan interaksi untuk secara tegas mendesakkan penurunan ketegangan,” kata UNIFIL dan UNSCOL.

Pesawat tempur Israel melancarkan lebih dari 40 serangan udara di Lebanon selatan pada Minggu (25/8) dini hari. Gempuran itu adalah yang paling parah sejak serangan lintas perbatasan dengan Hizbullah dimulai pada 8 Oktober 2023.

Tentara Israel mengeklaim bahwa gempuran itu bertujuan untuk mencegah Hizbullah melakukan serangan.

Hizbullah mengatakan pihaknya telah meluncurkan ratusan rudal dan pesawat nirawak jauh ke Israel, sebagai pembalasan pertama atas pembunuhan komandannya, Fouad Shukr, pada Juli di Beirut.

Sejak 8 Oktober tahun lalu, Hizbullah terlibat dalam baku tembak dengan tentara Israel di seberang perbatasan Lebanon-Israel. Baku tembak itu menjatuhkan ratusan korban, sebagian besar di pihak Lebanon.

Eskalasi ini terjadi di tengah perang brutal yang dilancarkan Israel di Jalur Gaza hingga menewaskan lebih dari 40.300 warga Palestina sejak 7 Oktober 2023 setelah Hamas melakukan serangan. 

Operasi militer Israel telah menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza dan membuat sebagian besar orang kehilangan tempat tinggal, mengalami kelaparan, dan rentan terhadap penyakit.


Sumber: Anadolu

Baca juga: Serangan Israel di Lebanon selatan tewaskan 564 orang sejak Oktober

Baca juga: Pemimpin Fatah dibunuh, China desak warganya segera tinggalkan Lebanon


 

UNIFIL kecam Israel atas pembunuhan empat warga sipil di Lebanon


 

Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2024