Yogyakarta (ANTARA News) - Gempa yang terjadi empat kali pada dini hari dan Jumat pagi dengan kekuatan antara 2,4 hingga 6,5 Skala Richter (SR) membuat panik sebagian warga Yogyakarta, bahkan banyak di antara mereka berlari ke luar rumah karena takut rumah mereka roboh. Seperti di Desa Nogotirto, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) banyak warga yang berhamburan keluar rumah, ketika mereka merasakan adanya gempa yang guncangannya cukup besar dan berlangsung agak lama. Begitu pula di wilayah Kabupaten Bantul, sebagian warga sempat panik dan mereka berlari keluar rumah. Namun di Kecamatan Sewon, Bantul, menurut penuturan beberapa warga yang kebetulan masih tinggal di dalam tenda karena rumah mereka yang roboh akibat gempa 27 Mei lalu belum dibangun, justru tidak panik, dan bahkan di antara warga mengaku sudah terbiasa dengan guncangan gempa selama ini. Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Yogyakarta, Tyar Prasetya, ketika dihubungi ANTARA, Jumat, menyebutkan gempa terjadi empat kali. Gempa terbesar pada pukul 01.54 WIB dengan kekuatan 6,5 SR, dan pusat gempa berjarak sekitar 170 kilometer dari kota Wonosari (Gunungkidul) ke arah barat, berada di bawah laut dengan kedalaman 33 kilometer. Beberapa menit sebelumnya, gempa yang terjadi berkekuatan 5,4 SR. Kemudian setelah gempa yang cukup besar (6,5 SR) pada pukul 01.54 WIB itu, terjadi lagi gempa sekitar pukul 05.00 WIB dengan kekuatan 4 SR, dan masih sekitar jam itu gempa lagi namun hanya berkekuatan 2,4 SR. Menurut Tyar, gempa-gempa tersebut bukan gempa susulan dari gempa besar 5,9 SR yang pusat gempanya di darat pada 27 Mei 2006 yang mengguncang DIY dan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kata dia, gempa empat kali pada dini hari dan Jumat pagi itu terjadi karena adanya benturan atau tumbukan antar lempeng di bawah laut. (*)
Copyright © ANTARA 2006