Makassar (ANTARA) - Pakar Ekonomi pertanian IPB Prof M Firdaus mengatakan peningkatan produksi yang terjadi merupakan keberhasilan dari program pompanisasi yang dilaksanakan Kementerian Pertanian (Kementan).

Prof Firdaus dalam keterangan persnya diterima di Makassar, Sabtu, mengatakan peningkatan produksi pertanian terutama bila melihat series data produksi beras selama lima tahun terakhir, produksi periode Agustus hingga Oktober sangat baik.

Apalagi, kata dia, data di awal tahun masih terjadi defisit produksi akibat kekeringan dan pergeseran masa tanam.

Firdaus menjelaskan, hal ini bila diperhatikan karena tepatnya program pompanisasi dan pengembalian volume alokasi pupuk bersubsidi yang kembali menjadi 9,55 juta ton.

Baca juga: Bulog Sumut siap menyerap hasil lahan program pompanisasi 

Baca juga: Kementan menekankan mitigasi krisis pangan di Jatim lewat pompanisasi

“Dampak kebijakan melalui realokasi anggaran di Kementan untuk pengadaan pompa air hingga pengembalian kuantum alokasi pupuk bersubsidi 9,55 juta ton yang mencukupi masa tanam kedua, berdampak sangat signifikan," ujarnya.

Saat ini, kata dia, Kementan telah membagikan 36.525 unit pompa air dan terpasang di seluruh Indonesia, khususnya di daerah-daerah sentra pertanian. Produksi melejit dibandingkan 10 tahun terakhir,” kata Prof Firdaus.

Bila melihat angka proyeksi produksi beras yang disampaikan BPS, berturut-turut dapat dilihat terjadi kenaikan produksi beras pada bulan agustus 2024 sebesar 2,84 juta ton, September 2,87 juta ton, dan Oktober 2,59 juta ton.

Angka ini berselisih signifikan bila dibandingkan produksi bulan yang sama pada 2023, secara berurutan selisihnya mencapai 325.673 ton, 356.329 ton, dan 396.604 ton.

“El Nino belum selesai, tapi dampak kebijakannya sudah terlihat. Bila 63 ribu pompa air mampu mengairi 1,1 juta hektar lahan yang tadah hujan dan kekeringan, saya optimis produksi beras nasional akan surplus. Bahkan bukan mustahil tahun depan kita kembali swasembada beras,” katanya.

Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan proyeksi peningkatan produksi beras nasional yang akan terjadi di bulan Agustus-September 2024.

Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan, terjadi kenaikan luas panen di Agustus dan September 2024.

Begitu juga dengan produktivitasnya, pada bulan Agustus, produksi padi diprediksi mencapai 4,62 juta ton gabah kering giling (GKG) atau 2,84 juta ton beras, dan di bulan September sebesar 5,14 juta ton GKG atau setara 2,87 juta ton.

“Pompanisasi ini menjadi harapan bagi lahan-lahan tadah hujan kita yang hanya bisa bertanam sekali setahun, menjadi mampu 2-3 kali setahun karena air cukup. Irigasi adalah kunci produksi, disertai dengan pemupukan yang tepat dan cukup. Saya senang pemerintah mempunyai kebijakan anggaran seperti saat ini,” cakap Prof Firdaus.*

Baca juga: Dirjen PSP Kementan turun beri solusi atasi irigasi pertanian Gresik

Baca juga: Kementan: 4.251 pompa air terpasang di Jateng kejar swasembada pangan

Pewarta: Abdul Kadir
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2024