Gaza (ANTARA) - Ratusan ribu warga Gaza setiap hari harus terus menunggu lama untuk mendapatkan bantuan makanan yang terbatas. Lebih dari 10 bulan setelah konflik Israel-Palestina pecah pada 7 Oktober 2023, makanan semakin langka di Jalur Gaza, yang membuat warga Palestina sangat bergantung pada bantuan.

Program Pangan Dunia (World Food Programme/WFP) melaporkan bahwa 96 persen penduduk Gaza kini mengalami kerawanan pangan yang parah, dengan 2,15 juta orang menghadapi tingkat kelaparan "krisis" atau lebih buruk. Hampir setengah juta orang berada dalam kondisi "bencana".

WFP juga menggarisbawahi bahwa pertikaian yang sedang terjadi, jalan yang rusak, dan gangguan ketertiban umum sangat mengganggu operasi pengiriman makanan, yang mengakibatkan berkurangnya jatah makanan.

Orang-orang menunggu untuk menerima bantuan makanan di kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza utara, pada 21 Agustus 2024. Pasokan air, makanan, dan bahan bakar di Gaza sangat sedikit, sementara penyakit seperti Hepatitis A terus menyebar ke seluruh jalur, menurut laporan tersebut. Kantor Hak Asasi Manusia PBB. ANTARA/Xihua/Abdul Rahman Salama
Seorang pria menerima bantuan makanan di kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza utara, pada 21 Agustus 2024. Persediaan air, makanan, dan bahan bakar di Gaza sangat sedikit, sementara penyakit seperti Hepatitis A terus menyebar ke seluruh wilayah Gaza, menurut PBB Kantor Hak Asasi Manusia. ANTARA/Xinhua/Abdul Rahman Salama

Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2024