Nairobi (ANTARA) - Badan migrasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Rabu (21/8) mengajukan permohonan pendanaan sebesar 18,5 juta dolar AS (1 dolar AS = Rp15.579) untuk menyediakan layanan kesehatan esensial bagi penduduk yang berisiko tinggi terjangkit  cacar monyet (mpox di Afrika Timur, Tanduk Afrika, dan Afrika Selatan.

Amy Pope, Direktur Jenderal Organisasi Internasional untuk Migrasi (International Organization for Migration/IOM), mengatakan bahwa dana itu juga akan digunakan untuk menyediakan layanan kesehatan bagi para pengungsi internal (internally displaced person/IDP) dan masyarakat lokal di kawasan tersebut.

"Kita harus bertindak cepat untuk melindungi mereka yang berisiko paling tinggi dan untuk mengurangi dampak wabah tersebut di kawasan ini," kata Pope dalam pernyataan yang dirilis di Nairobi, ibu kota Kenya.

Dia mengatakan bahwa penyebaran penyakit cacar monyet, yang dinyatakan sebagai Darurat Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian Internasional (Public Health Emergency of International Concern/PHEIC) di tengah lonjakan penularan lintas perbatasan, menjadi kekhawatiran besar, terutama bagi para migran yang rentan, populasi dengan mobilitas tinggi, dan komunitas pengungsi yang sering diabaikan dalam krisis semacam itu.
 
  Seorang anak yang terjangkit Mpox dirawat di sebuah rumah sakit di wilayah Nyiragongo dekat Goma,Kivu Utara, bagian timur Republik Demokratik Kongo (DRC), pada 15 Agustus 2024. ANTARA/Xinhua/Zanem Nety Zaidi

Dia mengatakan bahwa dana tersebut akan digunakan untuk meningkatkan kapasitas dalam merespons kebutuhan para migran, pengungsi, dan masyarakat lokal dengan mendukung langkah-langkah pencegahan dan pengendalian infeksi, terutama di perbatasan

Badan PBB itu mengatakan bahwa dana tersebut akan digunakan untuk membangun kapasitas tenaga kesehatan nasional dan petugas respons garis depan, serta memungkinkan identifikasi area berisiko tinggi guna memastikan pemantauan penyakit yang efektif dan mengurangi penyebaran lintas perbatasan.

Cara monyet merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus cacar monyet  yang menyebar melalui kontak dekat, dengan gejala berupa demam, pembengkakan kelenjar getah bening, sakit tenggorokan, nyeri otot, ruam kulit, dan nyeri punggung.

Penyebaran yang pesat dari galur (strain) baru penyakit ini membuat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendeklarasikan mpox sebagai PHEIC pada 14 Agustus lalu.

Menurut WHO, terdapat lebih dari 15.000 kasus dugaan cacar monyet  yang dilaporkan di RD Kongo saja, dengan 537 kematian. Kasus-kasus lain telah dikonfirmasi di Burundi, Kenya, Rwanda, Afrika Selatan, dan Uganda.

IOM mengatakan bahwa pihaknya mengkhawatirkan para migran, pengungsi, dan populasi dengan mobilitas tinggi di kawasan tersebut, yang cenderung lebih berisiko terinfeksi akibat kondisi tempat tinggal dan gaya hidup mereka yang berpindah-pindah, yang dapat sangat membatasi akses mereka ke perawatan medis dan kesehatan.

Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2024