Anak-anak dan masyarakat yang rentan berada di ambang meluasnya wabah mpox di kawasan tersebut, setelah 200 kasus terkonfirmasi terdeteksi di Burundi, Rwanda, Uganda, Kenya, dan Afrika Selatan
Nairobi (ANTARA) - Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (Unicef) pada Kamis (22/8) mengajukan permohonan dana sebesar 16,5 juta dolar AS (1 dolar AS = Rp15.579) untuk meningkatkan respons terhadap wabah mpox di Afrika bagian timur dan selatan.

Direktur Regional Unicef untuk Afrika bagian timur dan selatan Etleva Kadilli dalam pernyataan di Nairobi, Kenya, mengatakan bahwa varian baru mpox menjadi ancaman serius bagi anak-anak dan keluarga yang rentan.

Anak-anak dan masyarakat yang rentan berada di ambang meluasnya wabah mpox di kawasan tersebut, setelah 200 kasus terkonfirmasi terdeteksi di Burundi, Rwanda, Uganda, Kenya, dan Afrika Selatan.

"Selain respons cepat penyelamatan nyawa, upaya komunikasi risiko dan kolaborasi lintas perbatasan, investasi dalam penguatan sistem kesehatan secara keseluruhan, kesinambungan layanan esensial, dan fokus tertarget dalam program-program yang mendukung kesejahteraan anak secara keseluruhan harus diprioritaskan," kata Kadilli.

Unicef memperingatkan bahwa kekhawatiran meningkat atas keadaan darurat baru kesehatan masyarakat saat masyarakat bergulat dengan krisis lain yang sedang terjadi. Varian baru virus mpox (Clade Ib) disebut telah terdeteksi di semua negara yang terdampak kecuali Afrika Selatan, yang menimbulkan kekhawatiran karena potensi penularannya yang lebih luas di seluruh kelompok usia, terutama anak-anak.
 
 Seorang anak yang terjangkit mpox dirawat di sebuah rumah sakit di wilayah Nyiragongo dekat Goma, Provinsi Kivu Utara, bagian timur Republik Demokratik Kongo (DRC), pada 15 Agustus 2024. (Foto oleh Zanem Nety Zaidi/Xinhua).


Burundi sejauh ini telah mengonfirmasi lebih dari 170 kasus mpox di 26 dari 49 distrik di negara tersebut, ungkap Unicef.

Unicef mengatakan bahwa anak-anak dan remaja di bawah usia 20 tahun mencakup hampir 60 persen dari kasus yang terdeteksi, sementara anak-anak di bawah usia lima tahun mencakup 21 persen dari kasus tersebut.

Menurut Unicef, Kenya, Burundi, dan Uganda mengalami kesulitan menghadapi berbagai keadaan darurat, termasuk kekeringan dan banjir, selain kekhawatiran mendesak yang ditimbulkan oleh virus itu.

Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tersebut juga memperingatkan atas masih adanya kekhawatiran terhadap dampak sekunder wabah mpox pada anak-anak dan remaja, termasuk stigma, diskriminasi, serta gangguan pada sekolah dan pembelajaran.

"Berdasarkan pengalaman yang dipetik dalam tanggap wabah HIV, Covid-19, dan Ebola, harus ada upaya kolektif untuk memprioritaskan rencana guna mendukung para penyintas, memerangi stigma, dan memfasilitasi kesinambungan layanan sosial dasar, khususnya pembelajaran dan reintegrasi anak-anak ke sekolah dan masyarakat," ujar Unicef.


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Indra Arief Pribadi
Copyright © ANTARA 2024