Di New York Mercantile Exchange, kontrak berjangka minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei ditutup di 100,44 dolar AS per barel, turun 70 sen dari penutupan Jumat (4/4), lapor AFP.
Minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Mei turun 90 sen menjadi menetap di 105,82 dolar AS per barel di perdagangan London.
"Berita dari Libya (yang) membebani harga," kata analis Commerzbank, Carsten Fritsch.
"Pada akhir pekan, pemerintah di sana sepakat dengan para pemberontak bahwa empat terminal minyak di bagian timur negara itu yang telah diduduki oleh pemberontak selama delapan bulan sekarang akan dibuka secara bertahap."
"Dua terminal yang lebih kecil dengan kapasitas ekspor gabungan 200.000 barel per hari akan segera dibuka kembali. Dua pelabuhan yang lebih besar dengan kapasitas 500.000 barel per hari dibuka menyusul paling lambat dalam empat minggu setelah pembicaraan lebih lanjut."
Pengumuman kesepakatan pada Minggu (6/4) untuk membuka kembali terminal Zueitina dan Al-Hariga, dibuat di Zueitina di hadapan anggota pemerintah dan kepala pemberontak Ibrahim Jodhran.
Kedua belah pihak telah menetapkan target dua sampai empat minggu untuk pembukaan kembali dua terminal lain di bawah blokade di Ras Lanuf dan Al-Sidra. Rincian kesepakatan itu dirahasiakan.
Tripoli mengatakan blokade terminal ekspor sejak Juli telah merugikan Libya lebih dari 14 miliar dolar AS dalam pendapatan minyak, memotong ekspor minyak negara itu dari 1,5 juta barel per hari menjadi 250.000 barel per hari.
Tan Chee Tat, analis investasi pada Phillip Futures di Singapura, mengatakan harga Brent menghadapi tekanan ke bawah karena pencabutan blokade di Libya menempatkan lebih banyak pasokan ke pasar minyak.
"Ada lebih banyak indikasi bahwa negosiasi cenderung mencapai terobosan, sehingga memangkas harga lebih lanjut," kata Tan kepada AFP.
Harga WTI lebih rendah pada Senin karena investor membukukan keuntungan dari kenaikan minggu lalu dalam menanggapi laporan pekerjaan yang positif pada Jumat di Amerika Serikat, negara konsumen minyak terbesar dunia.
"WTI naik cukup banyak selama akhir pekan, cepat rebound kembali ke atas 100 dolar AS, meskipun pada tingkat 101 dolar AS, itu telah menyebabkan beberapa aksi ambil untung yang mengakibatkan kerugian saat ini," kata Tan.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014