dia berlagak gila sehingga dia bisa mendapatkan banyak simpati dan berharap pengurangan hukuman dari Presiden Indonesia"
Jakarta (ANTARA News) - Terpidana penyelundup narkotika Renae Lawrence menyampaikan pengakuan mengejutkan dari balik LP Kerobokan, Bali, bahwa mantan rekan sepenjaranya Schapelle Corby memang tahu dirinya membawa mariyuana ke Indonesia.
Dalam video yang direkam secara rahasia untuk jaringan televisi Network Ten dan ditayangkan pada bagian program malam "Eyewitness News" di televisi tersebut, Lawrence terlihat berbicara dengan seseorang di balik kamera.
"(Schapelle) pintar menyimpan rahasia. (Tapi) Suatu malam dia keceletot lidah," kata Lawrence.
Lawrence, yang dihukum delapan tahun penjara bersama Corby dan masih menjalani tahanan karena tuduhan penyelundupan narkotika, mengatakan dia sempat tidak yakin mengapa Corby bersaksi untuknya.
"Dia pernah bilang dia tahu mariyuana itu ada di tas boggie (milik Corby), tetapi orang yang seharusnya (menjemput dia) di bandara (Denpasar) saat itu tidak menampakkan diri atau tidak berada di sana karena suatu alasan, saya tak tahu pasti," kata Lawrence.
"Dia bilang pada saya dan tahanan lainnya bahwa dia melakukan itu (menyelundupkan mariyuana) lebih dari sekali. Dia pernah melakukan itu sebelumnya. Dia mengaku telah tiga kali membawa obat-obatan terlarang. Yang pertama dia memang tak tahu apa-apa sampai dia tiba di bandara, namun di waktu lainnya dia tahu."
Lawrence melanjutkan, "Dia bilang dia memakai (obat-obatan terlarang) sejak dia masih remaja."
Lawrence juga menegaskan Corby sadar"...telah berpura-pura gila, dia sungguh mengatakan itu, dia berlagak gila sehingga dia bisa mendapatkan banyak simpati dan berharap pengurangan hukuman dari Presiden Indonesia."
"Dia makin berakting manakala orang-orang penting masuk (penjara) entah dokter atau kepala penjara. Dia tidak gila, dia hanya berlagak seperti itu," kata Lawrence seperti dikutip news.com.au Australia.
Lawrence juga mengklarifikasi pandangan salah bahwa dia dan Corby tidak akur.
"Kami tidak bermusuhan seperti diberitakan media. Kami sungguh berteman di setiap waktu. Kadang kami berbantah tapi itu karena orang menggunjingkan kami dan itu tidak benar."
Program Eyewitness News dari Network Ten menyatakan Lawrence tidak berkeberatan direkam saat pembicaraan itu dilakukan, namun dia mengkhawatirkan ada tape perekam.
Segera setelah pengakuan Lawrence ini, keluarga Corby mengeluarkan pernyataan yang membantah tuduhan Lawrence tersebut.
"Schapelle membantah pengakuan Renae Lawrence atau siapa pun. Klaim Renae Lawrence bahwa Schapelle telah melakukan itu di banyak kesempatan adalah tidak masuk akal, dusta dengki dan karangan dari fantasi dia sendiri. Tindakan Ten Network dalam menyelenggarakan dan mungkin membayar wawancara ini, adalah amat menyakitkan dan telah membuat Schapelle dan keluarga besarnya gelisah dan dalam kesulitan besar."
Keluarga Corby juga mengatakan kredibilitas Renae Lawrence semestinya dipertanyakan dan tuduhan-tuduhan tak berdasar seharusnya tidak disiarkan hanya demi rating dan uang.
Wawancara dengan Lawrence membersitkan pertanyaan mengenai apakah Lawrence dibayar untuk wawancara Ten tersebut, dan jika demikian maka dia bisa dianggap melanggar hukum Australia mengenai larangan membayar para kriminal.
Kemarin sebuah penyelidikan Senat di Canberra memperdengarkan bukti mengenai hubungan Seven Network dengan Keluarga Corby.
Direktur Komersial Bruce McWilliam mengatakan citra korporat Seven Network rusak gara-gara wawancara itu, demikian news.com.au.
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014