Washington (ANTARA) - Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris resmi menerima pencalonan dari Partai Demokrat sebagai calon presiden AS pada pemilu 5 November mendatang.

"Saya akan menjadi presiden yang menyatukan kita dalam suara terbanyak kita semua. (Menjadi) seorang presiden yang memimpin dan mendengarkan, yang realistis, praktis, dan memiliki akal sehat serta selalu berjuang untuk rakyat Amerika," kata Harris pada malam terakhir Konvensi Nasional Demokrat di Chicago, Illinois, Kamis (22/8).

"Dari gedung pengadilan hingga Gedung Putih, itulah yang selalu menjadi pekerjaan hidup saya," katanya menambahkan.

Ia mencatat bahwa pemilihan presiden November mendatang adalah salah satu yang terpenting dalam kehidupan bangsa Amerika.

Harris kemudian mengatakan bahwa saingannya dari Partai Republik, Donald Trump, adalah orang yang tidak serius dan konsekuensi dari menempatkan Trump kembali di Gedung Putih akan sangat mengkhawatirkan.

"Donald Trump mencoba membuang suara Anda. Ketika dia gagal, dia mengirim massa bersenjata ke Gedung Capitol Amerika Serikat, di mana mereka menyerang petugas penegak hukum," katanya, mengacu pada kerusuhan Gedung Capitol AS pada 6 Januari 2021.

"Untuk serangkaian kejahatan yang sama sekali berbeda, dia dinyatakan bersalah atas penipuan oleh juri yang terdiri dari orang Amerika biasa dan secara terpisah dinyatakan bertanggung jawab atas pelecehan seksual," ujar Harris menambahkan.

Harris kemudian mengkritik Trump atas sikapnya mengenai aborsi, dengan mengatakan bahwa terlalu banyak perempuan di AS yang tidak dapat membuat keputusan sendiri tentang kehidupan pribadi mereka.

"Saya telah bepergian ke seluruh negeri. Dan para perempuan telah menceritakan kisah mereka kepada saya. Para suami dan ayah telah berbagi kisah mereka. Kisah-kisah tentang para perempuan yang mengalami keguguran di tempat parkir, terkena sepsis, kehilangan kemampuan untuk memiliki anak lagi. Semua itu karena para dokter takut mereka akan masuk penjara karena merawat pasien mereka," katanya.

Akan selalu bela Israel

Harris lebih lanjut mengatakan bahwa dia dan Presiden Joe Biden bekerja sepanjang waktu untuk menyelesaikan perundingan gencatan senjata di Jalur Gaza.

“Saya akan selalu membela hak Israel untuk membela diri, dan saya akan selalu memastikan Israel memiliki kemampuan untuk membela diri, karena rakyat Israel tidak boleh lagi menghadapi perang yang disebabkan oleh organisasi teroris bernama Hamas, seperti pada 7 Oktober,” katanya.

“Pada saat yang sama, apa yang terjadi di Gaza selama 10 bulan terakhir sangat menghancurkan. Begitu banyak nyawa tak berdosa hilang. Orang-orang yang putus asa dan kelaparan melarikan diri demi keselamatan, berulang kali,” ujarnya.

Menyoroti penderitaan warga Gaza yang memilukan, Harris mengatakan dirinya dan Biden berupaya mengakhiri perang sehingga Israel aman, warga Israel yang disandera bisa dibebaskan, serta rakyat Palestina dapat mewujudkan hak atas keamanan dan kebebasan untuk menentukan nasibnya sendiri.

Ia mengatakan AS juga harus teguh dalam memajukan keamanan dan nilai-nilainya di luar negeri.

“Saya akan memastikan Amerika selalu memiliki kekuatan tempur terkuat dan paling mematikan di dunia,” katanya, menyindir Trump yang mengancam akan meninggalkan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Sumber: Anadolu

Baca juga: Trump sebut Kamala Harris "hancurkan" San Francisco dan California
Baca juga: Obama: AS siap jalani babak baru bersama "Presiden Kamala Harris"

Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Rahmad Nasution
Copyright © ANTARA 2024