Diperiksa urine positif mengandung narkoba jenis sabu

Jakarta (ANTARA) - Polres Metro Jakarta Utara dan Unit Reskrim Polsek Cilincing menangkap pria berinisial IL (37) yang diduga menganiaya istrinya berinisial AS (33) sehingga mengakibatkan korban mengalami luka fisik dan trauma.

“Pelaku kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) inisial IL kami tangkap di Kalibaru Cilincing pada hari ini," kata Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Pol Gidion Arif Setyawan di Jakarta, Kamis.

Ia mengatakan aksi penganiayaan itu terjadi pada hari Selasa (13/8) yang mengakibatkan korban luka-luka dan membuat anaknya mengalami trauma.

Ia menjelaskan korban dipukul menggunakan tangan kosong dan bangku kayu mengenai kepala dan badan korban.

“Dipukul dengan tangan dan bangku kayu yang menyebabkan korban luka-luka. Anaknya pun trauma dan tak mau sekolah sampai saat ini,” kata dia.

Sementara itu luka yang diderita oleh korban antara lain, robek pada kepala bagian depan dan belakang, memar di belakang, tangan hingga kaki.

“Beberapa luka yang diderita oleh korban sudah mulai membaik, tadi juga sudah diperiksa dan diobati oleh anggota kami dari Dokkes,” kata dia.

Setibanya pelaku (IL) di Polsek Cilincing, ia langsung menjalani pemeriksaan dan tes urine. Alhasil dalam urine positif mengandung zat amfetamina.

“Diperiksa urine positif mengandung narkoba jenis sabu,” kata dia

Gidion menegaskan penangkapan pelaku (IL) ini merupakan tindak lanjuti dari laporan korban KDRT.

“Setiap laporan dari warga pasti akan kami tindaklanjuti dengan cepat,” tegasnya.

Sementara itu, korban KDRT (AS) mengucapkan terima kasih atas respons cepat dari anggota Polres Metro Jakarta Utara dan Polsek Cilincing.

“Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada anggota Polsek Cilincing dan Polres Metro Jakarta Utara karena telah merespons dengan cepatnya permasalahan yang saya alami dan saya merasa aman karena pelaku sudah diamankan,” kata dia.

Sebelumnya wanita berinisial A (33) di Cilincing, Jakarta Utara menjadi korban KDRT dari suaminya IL sehingga menyebabkan luka-luka serta mengalami trauma. Tetapi saat melapor ke polisi malah tidak diproses dengan alasan harus melakukan visum secara mandiri.

"Pokoknya, lumayan parah, dia sempat tidak bisa bangun dua sampai tiga hari," kata ayah korban A, Damra Hamka di Jakarta, Kamis.

Ia mengatakan untuk pergi ke rumah sakit guna menjalani visum A juga mengalami kesulitan.

"Kalau kita mau lapor ke polisi, kan polisi harus divisum, cuma visumnya dia enggak bisa bangun," kata dia.

Ia mengaku sempat melapor ke Polsek Cilincing, tapi kata polisi di sana itu kan ranah di Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Metro Jakarta Utara.

"Jadi kita udah ke Polres, tapi kan laporannya harus ada visum, sebetulnya visum kita enggak ada duit," kata dia.

Dirinya mengaku, sudah bolak balik ke Polres Metro Jakarta Utara untuk melaporkan tindak KDRT yang menimpa putrinya.

Namun petugas kepolisian belum dapat menindaklanjuti penyidikan kasus itu jika Damra belum menyerahkan hasil visum putrinya.

"Jadi saya sebagai orang tua udah dua hari bolak balik mau bikin laporan ke unit PPA, katanya harus ada visum pokoknya tindak kekerasan kalau laporan ke Polres harus ada visum," kata dia menirukan ucapan petugas.
Baca juga: Wanita korban KDRT di Jakut keluhkan prosedur laporan ke polisi
Baca juga: Polisi usut dugaan presenter lakukan KDRT kepada istrinya di Jaksel
Baca juga: Wanita yang mengalami KDRT di Pancoran telah lakukan visum

Pewarta: Mario Sofia Nasution
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2024