New York City (ANTARA) - Ford Motor pada Rabu (21/8) mengatakan bahwa pihaknya akan menunda peluncuran truk pikap besar listrik barunya selama sekitar 18 bulan, atau hingga 2027, serta membatalkan sport utility vehicle (SUV) listrik berjok tiga baris.

Langkah ini mengindikasikan bahwa Ford kembali memperlambat laju investasi dan model-model bertenaga baterai barunya, meskipun perusahaan itu pernah berharap untuk menjadi yang terdepan di antara produsen mobil lain yang sudah mapan dalam produksi kendaraan listrik (electric vehicle/EV).

Ford juga memangkas jumlah dana yang akan dibelanjakan untuk EV sebagai upaya membendung kerugian miliaran dolar AS dari teknologi ini, sembari menambahkan rencana untuk meluncurkan mobil boks (delivery van) listrik baru pada 2026. Pikap listrik baru berukuran medium juga diperkirakan akan diluncurkan pada 2027, kata perusahaan itu.

"Sifat kompetitif pasar sedang berubah secara global," kata CFO Ford John Lawler dalam sebuah panggilan konferensi. "Itu berarti kendaraan-kendaraan tersebut harus menguntungkan, dan jika tidak, kami akan putar balik dan beradaptasi serta mengambil keputusan-keputusan sulit."

Lawler mengatakan bahwa investasi untuk EV kini akan mencapai sekitar 30 persen dari anggaran modal perusahaan, turun dari 40 persen.

"Perubahan yang dilakukan Ford ini terjadi ketika tingkat pertumbuhan penjualan EV melambat secara signifikan di Amerika Serikat dan Eropa, yang mendorong Tesla dan produsen mobil lainnya memangkas harga," kata The New York Times dalam laporannya terkait langkah tersebut. Pada bulan lalu, Ford melaporkan bahwa divisi EV-nya telah merugi 2,5 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp15.456) pada paruh pertama tahun ini sebelum biaya-biaya tertentu dimasukkan ke dalam perhitungan.

"Pengumuman itu menggarisbawahi tantangan yang dihadapi para produsen mobil AS ketika mereka berusaha meningkatkan penjualan EV, sebuah teknologi penting dalam mengatasi perubahan iklim, sekalipun ada penurunan permintaan konsumen, tantangan rantai pasokan, serta peningkatan persaingan dengan produsen-produsen mobil China," tulis The Washington Post dalam laporan terkaitnya.

"Produsen-produsen mobil sedang mencoba mencapai keseimbangan yang sulit dalam hal EV. Aturan emisi knalpot yang lebih ketat, yang dibarengi dengan perkembangan pesat dari produsen-produsen EV China, menekan mereka untuk berinvestasi dalam teknologi tersebut. Namun, minat konsumen terhadap EV telah menyusut usai ledakan antusiasme," kata The Wall Street Journal terkait topik ini.

Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2024