biasanya mereka makan dengan terburu-buru karena memiliki banyak kegiatan
Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis bedah digestif Dr. dr. Made Agus Dwianthara Sueta, Sp.B., Subsp BD(K) mengatakan tidak mengunyah makanan dengan baik dapat menimbulkan risiko terjadinya usus buntu.

“Ada beberapa faktor terjadinya usus buntu, salah satunya feses yang keras. Feses keras dapat terjadi karena kita tidak mengunyah makanan dengan baik sebanyak 36 kali kunyahan,” kata Agus dalam diskusi daring yang digelar Kementerian Kesehatan, Kamis.

Apabila seseorang jarang mengunyah dengan baik, lanjut Agus, maka lambung akan bekerja lebih berat dari yang seharusnya.

Karena itu, satu hingga 0,5 persen makanan yang masuk bisa saja tidak terproses di lambung. Kemudian, makanan yang tidak terproses tersebut akan masuk ke usus halus dan berputar di sana.

Kendati demikian, meskipun sudah mengunyah dengan baik, Bagus mengatakan feses mengeras pun masih mungkin terjadi. Sebab, enzim yang bekerja di sistem pencernaan juga belum tentu dapat bekerja 100 persen.

“Sehingga kemungkinan besar, usia-usia yang sering terjadi usus buntu adalah usia dewasa yang produktif. Tapi bukan berarti anak kecil dan lanjut usia tidak bisa terkena, semua bisa,” kata Agus.

Pada gaya hidup usia dewasa yang masih produktif, lanjut Agus, biasanya mereka makan dengan terburu-buru karena memiliki banyak kegiatan.

Feses yang keras, akan memasuki dan menyumbat usus buntu. Akibatnya, cairan yang diproduksi oleh usus buntu tidak dapat keluar karena tersumbat yang menyebabkan usus buntu akan membesar dan meradang.

Ketika usus buntu meradang, maka kondisi ini pun akan mengganggu organ-organ tubuh di sekitarnya. Hal inilah yang kemudian menimbulkan gejala pada penderitanya.

Oleh sebab itu, Agus pun mengimbau agar masyarakat dapat melakukan tata cara makan yang baik untuk menghindari usus buntu. Misalnya, mengunyah dengan baik, tidak terburu-buru saat makan, dan fokus pada saat sedang makan.
Baca juga: Gaya hidup sehat bantu kurangi risiko usus buntu
Baca juga: Praktisi: Usus buntu pada anak berisiko lebih tinggi dibanding dewasa
Baca juga: Program JKN-KIS bantu peserta mahasiswa jalani operasi usus buntu


Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2024