Jakarta (ANTARA) - Peneliti Pusat Riset Sumber Daya Geologi (PRSDG), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Armin Tampubolon mengungkapkan Indonesia memiliki potensi logam tanah jarang (LTJ) yang terletak di Kepulauan Bangka Belitung.
LTJ merupakan kelompok 17 elemen yang sangat penting dalam teknologi modern, namun sumber dayanya terbatas dan sebagian besar pasokannya dimonopoli oleh beberapa pihak tertentu.
"Lebih dari 20 lokasi di Bangka Selatan telah dianalisis oleh Badan Geologi. Daerah ini terbagi menjadi beberapa sabuk berdasarkan jenis granit yang dominan," kata Armin melalui keterangan di Jakarta, Kamis.
Armin mengatakan LTJ di Indonesia sering ditemukan sebagai mineral ikutan pada endapan timah, aksesori granitoid, urat polimetalik, serta hasil pelapukan granitoid.
Baca juga: Australia investasi ratusan juta dolar untuk proyek logam tanah jarang
Baca juga: BRIN ungkap potensi logam tanah jarang untuk wujudkan nol emisi karbon
Meskipun hingga kini belum dieksplorasi secara mendetail, kata dia, wilayah Kepulauan Bangka Belitung memiliki potensi besar untuk LTJ primer, khususnya pada granit yang tersebar luas di wilayah tersebut.
Salah satunya, ungkap Armin, terdapat di wilayah Toboali, Bangka Belitung, yang mengandung berbagai mineral LTJ, termasuk alanit, parisit, bastnasit, dan lainnya.
"LTJ bersumber dari hasil penguraian air tanah terhadap mineral LTJ pada batuan dasar granit dan LTJ hasil oksidasi yang turun mengendap dari horizon di atasnya," ujarnya.
Oleh sebab itu, Armin menekankan bahwa penelitian ini menjadi dasar penting untuk eksplorasi sumber daya LTJ di wilayah Bangka Belitung.
Menurut dia, pengayaan LTJ pada pelapukan granit, baik yang dominan lempung maupun laterit, berpotensi besar, mengingat sebaran granit yang luas di wilayah Bangka Belitung.
"Potensi ini harus kita kaji lebih dalam untuk memanfaatkan kekayaan alam kita secara optimal," ucap Armin.*
Baca juga: Malaysia larang ekspor logam tanah jarang demi industri domestik
Baca juga: Malaysia ikut jejak Indonesia proteksi mineral langka
Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2024