Jika melihat tahun tersebut, maka dapat dipastikan bahwa Generasi Z dan Alpha lah yang akan paling merasakan

Jambi (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan anak muda dari generasi Z dan Alpha perlu didorong untuk ikut berpartisipasi dalam upaya mengatasi masalah perubahan iklim yang sudah diambang batas kenormalan saat ini.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangan yang diterima di Jambi, Kamis, mengatakan anak muda dari generasi Z (tahun kelahiran 1996-2010) dan Alpha (tahun kelahiran >2010) menjadi kelompok yang paling berpotensi terdampak, sehingga mereka harus didorong untuk mengatasi perubahan iklim.

BMKG memberikan beberapa indikator seperti terus meningkatnya suhu udara menjadi lebih panas, terganggunya siklus hidrologi, hingga maraknya bencana hidrometeorologi di berbagai belahan dunia, adalah tanda fenomena perubahan iklim saat ini sudah semakin mengkhawatirkan.

BMKG memproyeksi suhu panas di Indonesia melompat naik hingga 3,5 derajat Celcius dibandingkan zaman pra industri pada tahun 2100 mendatang apabila aksi mitigasi iklim gagal dilakukan.

Baca juga: Kepala BMKG: Gen Z dan Alpha paling terdampak perubahan iklim

"Jika melihat tahun tersebut, maka dapat dipastikan bahwa Generasi Z dan Alpha lah yang akan paling merasakan," kata dia.

Ia mengungkapkan perubahan iklim adalah realitas yang dihadapi miliaran jiwa penduduk bumi, karenanya fenomena tersebut tidak bisa dianggap sebagai sebuah persoalan sepele.

Badan Meteorologi Dunia (WMO) menyatakan bahwa tahun 2023 sebagai tahun terpanas sepanjang pengamatan instrumental. Anomali suhu rata-rata global mencapai 1,45 derajat Celcius di atas zaman pra industri.

Kemudian, terjadinya bencana gelombang panas ekstrem yang melanda berbagai kawasan di Asia dan Eropa pada tahun 2023 menjadi rekor terbaru dunia sekaligus fakta yang menyedihkan.

Baca juga: BMKG: Sebagian besar wilayah RI berawan hingga hujan lebat hari ini

Angka anomali suhu yang mencapai 1,45 derajat tersebut nyaris menyentuh batas yang disepakati dalam Perjanjian Paris tahun 2015, dunia harus menahan laju pemanasan global pada angka 1,5 derajat Celcius.

Bahkan dalam skenario terburuk Badan Meteorologi Dunia menyebutkan pada tahun 2050 negara-negara di dunia akan menghadapi bencana hidrometeorologi dan kelangkaan air yang berakibat pada krisis pangan.

Maka dari itu, Dwikorita mengungkapkan seluruh generasi harus saling berkolaborasi untuk menahan laju perubahan iklim. Sederhananya, kata dia, hal tersebut dapat dilakukan dengan cara melibatkan diri pada aktivitas penanaman pohon hingga seperti menghemat energi listrik di rumah tempat tinggal atau sekolah dan kantor, dan mulai beralih menggunakan teknologi ramah lingkungan.

Baca juga: Materi perubahan iklim di kurikulum merdeka memantik aksi nyata siswa

Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024