Kita juga meningkatkan produktivitas CPO dengan pemilihan bibit (sawit) yang unggul
Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono menekankan pentingnya meningkatkan produktivitas tanaman sawit untuk mendukung program biodiesel B50, guna memajukan industri biodiesel dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Sudaryono dalam kunjungan kerja di Pasar Minggu, Jakarta, Rabu, menyatakan bahwa peningkatan produktivitas CPO memerlukan pemilihan bibit sawit unggul dan berkualitas, serta penggunaan teknik perawatan dan data sensor yang baik.

"Kita juga meningkatkan produktivitas CPO dengan pemilihan bibit (sawit) yang unggul, yang baik, treatment yang baik, memakai data sensoring dan seterusnya," kata Wamentan.

Sudaryono juga mengimbau para petani sawit untuk membeli bibit yang bersertifikat guna meningkatkan hasil produksi. Hal ini bertujuan mendukung pemerintah dalam mewujudkan program biodiesel B50.

Menurutnya, potensi biodiesel B50 di Indonesia sangat besar, mengingat 60 persen CPO yang beredar di pasar global berasal dari Indonesia. Namun, dia menyebut bahwa ada berbagai isu penolakan, khususnya dari beberapa negara di Eropa.

Selain itu, kebutuhan pergeseran energi dari fosil ke energi terbarukan semakin mendesak. Dalam konteks ini, CPO perlu dikonversi menjadi biodiesel untuk memenuhi kebutuhan energi yang lebih ramah lingkungan.

Dia menuturkan bahwa pemerintah Indonesia telah berhasil menerapkan B35, yaitu 35 persen dari biosolar yang digunakan berasal dari CPO. Kini, targetnya adalah meningkatkan kandungan biodiesel menjadi B50.

Bahkan Wamentan menilai bahwa secara teknologi, Indonesia sudah mampu memproduksi B100, namun masih ada kebutuhan untuk keseimbangan perdagangan dan pasokan pangan. Prioritas utama tetap pada pemenuhan kebutuhan pangan sebelum fokus pada energi.

"Tapi kan tentu saja ada keseimbangan dagang, enggak serta-merta terus semua di convert pasti ada kebutuhan dagang, kebutuhan untuk pangan, (baru) untuk energi," jelasnya.

Sudaryono menekankan pentingnya memastikan semua kebutuhan minyak sawit untuk pangan dan kebutuhan primer lainnya terpenuhi sebelum memperbesar produksi biodiesel. Keseimbangan antara kebutuhan pangan dan energi harus diperhatikan.

"Karena kan pasti kalau kita sumber daya itu yang pertama adalah konversi terhadap pangan baru setelahnya kita pikirkan energi. Jadi kalau minyak goreng, semua kebutuhan minyak sawit kita untuk kebutuhan pangan dan kebutuhan primer kita beres, itu pelan pelan nanti (konversi ke energi)," kata Wamentan.

Baca juga: Kementerian ESDM siapkan mandatori biodiesel B40 awal Januari 2025
Baca juga: Kementan jamin ketersediaan Biodiesel B50


Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2024