mereka membutuhkan ruang untuk dapat menunjukkan perasaannya sebagai rakyat yang memiliki rasa cinta tanah air
Kuala Lumpur (ANTARA) - Dalam ruangan berukuran sekitar 4x10 meter persegi (m2), sembilan anak dari Sanggar Bimbingan Permai di Penang, Malaysia, sore itu 
​​tampak sibuk berlatih menjadi petugas upacara. Beberapa lainnya, dengan usia lebih belia, asyik berlarian ke sana ke mari.

Sejumlah ibu yang merupakan wali murid dari anak-anak itu sabar menunggu, duduk di sudut berbeda sambil memperhatikan jalannya latihan upacara yang diadakan untuk memperingati HUT Ke-79 Kemerdekaan Republik Indonesia esok hari.

Tidak memakan waktu lama. Maklum, sejak pagi, lebih dari 40 anak yang memiliki rentang usia pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga sekolah dasar (SD) itu bersama guru sanggar bimbingan sudah mengawali kegiatan dengan beberapa macam lomba 17-an.

Ada lomba makan kerupuk, sarung estafet, dan memasukkan pensil ke dalam botol. Ruangan mungil itu kontan riuh oleh teriakan anak-anak yang saling memberi semangat, ataupun pertengkaran-pertengkaran kecil.

Dengan sisa tenaga yang ada, satu guru sanggar bimbingan dibantu tiga mahasiswa dari beberapa Universitas Muhammadiyah di Indonesia yang sedang melaksanakan kuliah kerja nyata (KKN) di pusat pendidikan non-formal bagi anak-anak pekerja migran itu membantu melatih sembilan anak yang bertugas menjadi petugas upacara.

Memang tidak seketat latihan pasukan pengibar bendera pusaka (paskibraka) yang biasanya dilatih oleh personel militer. Namun guru pembimbing dan kakak-kakak mahasiswa KKN di sana juga tidak kalah tegas melatih sembilan petugas upacara tadi.
 
Warga Negara Indonesia (WNI) melaksanakan upacara memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia di dalam ruangan di Penang, Malaysia, Sabtu (17/8/2024). ANTARA/Virna P Setyorini

Sekali terlihat ada yang tidak serius berlatih, seketika itu pula kena tegur oleh mereka.

Itu tugas pertama mereka, menjadi petugas upacara untuk memperingati Hari Kemerdekaan RI. Bagi para orang tua, itu tentu merupakan sebuah kebanggaan, di mana anak-anak mereka dapat berpartisipasi melakukan sesuatu untuk menunjukkan kebangsaan mereka.

Dalam latihan upacara pada siang menjelang sore hari itu sedikit mengalami perubahan pada rangkaian pelaksanaannya. Ternyata, belum ada pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan RI di sana sehingga buru-buru Wakil Presiden Pertubuhan Masyarakat Indonesia Pulau Pinang (Permai) Penang Khozaeni Rahmat yang ikut mengawasi jalannya latihan meminta tolong agar teks yang 79 tahun lalu dibaca oleh Soekarno dibacakan juga dalam upacara besok.

Segera saja mahasiswa KKN dari Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Fitrah Mujahidah dengan cekatan mencetak teks proklamasi yang diminta Khozaeni yang akrab disapa Pak E itu. Adapun guru sanggar bimbingan dan dua mahasiswa KKN lainnya, yakni Mazidah Sabila Salam dari Universitas Muhammadiyah Surabaya dan Ghani Sasi Kirana dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto melanjutkan melatih anak-anak itu.

Pada Jumat (16/8) sore itu, semua suda siap. Tinggal melakukan gladi resik besok pagi sebagai pemantapan terakhir sebelum pelaksanaan upacara HUT RI.


Semangat ikut upacara

Sejak sekitar pukul 08.00 waktu Malaysia (pukul 07.00 WIB) anak-anak sanggar bimbingan yang sebagian diantar orang tuanya mulai berdatangan. Sebagian besar mereka mengenakan pakaian berwarna dasar merah, begitu pula dengan para ibu yang ikutan kompak mengenakan baju berwarna merah.

Gladi resik dilakukan, sambil menunggu anak-anak lainnya datang, dan upacara baru benar-benar dimulai sekitar pukul 09.00. Bertindak sebagai pembina upacara adalah guru pembimbing dari Sanggar Bimbingan Permai Shiva Amanda Kirana Kesuma, yang sekaligus membacakan teks Proklamasi.
 
Kejutan kue ulang tahun untuk Wakil Presiden Permai Penang Khozaeni Rahmad dari anak-anak Sanggar Bimbingan Permai dan para orang tua usai mengikuti upacara peringatan HUT ke-79 Kemerdekaan RI yang diadakan Permai Penang di Pulau Pinang, Penang, Malaysia, Sabtu (17/8/2024). ANTARA/Virna P Setyorini


Adapun pembacaan teks Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diserahkan kepada petugas upacara.

Ruangan 4x10 m2 itu segera penuh oleh anak-anak dan sejumlah orang tua murid yang juga bersemangat mengikuti upacara peringatan HUT Ke-79 Kemerdekaan RI. Jika anak-anak semua berbaris paling depan, maka orang tua yang mayoritas para ibu berdiri berbaris di bagian belakang.

Menurut Pak E, setidaknya hampir 100 orang memenuhi ruangan, mengikuti upacara saat itu.

Upacara itu hanya mengambil waktu sekitar 30 menit saja dan semua berjalan singkat namun terasa khidmat. Kekhawatiran jika anak-anak belia itu akan bosan dan merengek di tengah upacara, ternyata tidak terjadi. Semua tampak tenang.

Bahkan salah seorang ibu mengaku menangis saat upacara masih berlangsung. Terharu karena dapat mengikuti lagi upacara 17 Agustus, mendengarkan dan menyanyikan bersama lagu Indonesia Raya, sebuah kesempatan langka baginya.


Ruang kebangsaan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi V, kata “kebangsaan” setidaknya memiliki empat arti. Kebangsaan merupakan ciri-ciri yang menandai golongan bangsa, perihal bangsa, kedudukan sebagai orang mulia, dan kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara.

Kesadaran diri sebagai warga dari suatu bangsa jelas terlihat dari mereka yang hadir dalam upacara itu. Dengan sadar mereka datang, berkumpul bersama warga negara Indonesia (WNI) lainnya, mengikuti perayaan ke-79 kemerdekaan bangsanya.
 
Anak-anak Sanggar Bimbingan Permai mengikuti lomba memasukkan pensil dalam botol pada perayaan HUT ke-79 Kemerdekaan RI yang diadakan Permai Penang di Pulau Pinang, Penang, Malaysia, Sabtu (17/8/2024). ANTARA/Virna P Setyorini


Bagaimanapun, mereka membutuhkan ruang untuk dapat menunjukkan perasaannya sebagai rakyat yang memiliki rasa cinta tanah air, dan rela berkorban untuk cita-cita bangsa, sekalipun secara fisik mereka tidak berada di negerinya.

Dan ruang itu yang coba Permai Penang berikan bagi WNI di sana. Mereka yang sebagian besar merupakan pekerja migran Indonesia mungkin memang belum mendapat kesempatan untuk merasakan perayaan HUT Kemerdekaan beramai-ramai di kantor-kantor perwakilan RI yang ada di Malaysia, tetap dapat hadir di petak mungil itu untuk menumpahkan rasa kebangsaannya.

Ada pesan yang ingin mereka sampaikan melalui kegiatan itu kepada pihak berwenang di Indonesia, bahwa mereka ada di Malaysia. Tetap cinta Indonesia, menjaga persatuan, dan tetap membangun jiwa nasionalisme.

“Kami coba memaknai bagaimana menjaga jiwa nasionalisme dengan utuh. Kami ada di negara lain, tapi hati kami tetap ada di Indonesia,” kata Khozaeni.

Dengan mengumpulkan dana secara swadaya tidak lebih dari 600 ringgit Malaysia (sekitar Rp2 juta), mereka menyemarakkan hari kemerdekaan bersama-sama.

Siang itu, rasa puas dan senang terlihat dari wajah mereka. Perayaan HUT Ke-79 RI yang kebetulan jatuh pada hari Sabtu, tentu memberi keuntungan tersendiri bagi mereka, karena tidak harus berangkat kerja sehingga bisa merayakannya bersama-sama dengan WNI lainnya.

Perayaan hari itu semakin meriah mana kala dua kue tart dan satu tumpeng dengan lilin menyala ditancapkan di atasnya satu per satu dikeluarkan, dan lagu "Selamat Ulang Tahun" dinyanyikan bersama-sama.

Ternyata tidak hanya Republik Indonesia yang merayakan hari jadinya, tapi juga Pak E yang ternyata bertambah usia tepat saat 17 Agustus.

"Dirgahayu Indonesia! Dirgahayu Pak E!"

Editor: Achmad Zaenal M

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024