ada dua hal penting yang harus diwaspadai, yakni risiko kenaikan harga eceran tertinggi (HET) beras, dan penurunan produksi padi
Jakarta (ANTARA) - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Doni Primanto Joewono mengatakan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) berupaya meningkatkan produktivitas pangan dan ekosistem pangan yang terintegrasi untuk mewaspadai risiko penurunan produksi beras dan mendukung upaya pengendalian inflasi.
"Yang menjadi topik penting dari produksi itu karena lahan semakin terbatas. Oleh karena itu, kemarin beberapa kementerian juga punya komitmen untuk percepatan penerbitan seluruh Perda perlindungan lahan pertanian, ini yang akan melindungi supaya produksi itu juga tidak turun terus," kata Doni di Jakarta, Rabu.
Dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur BI Bulan Agustus 2024, Doni menuturkan pada semester II-2024, ada dua hal penting yang harus diwaspadai, yakni risiko kenaikan harga eceran tertinggi (HET) beras, dan penurunan produksi padi.
Lahan pertanian yang semakin terbatas akibat alih fungsi lahan, menjadi salah satu tantangan bagi produktivitas pangan. Hal tersebut telah didiskusikan pada rapat koordinasi pengendalian inflasi wilayah.
Untuk itu, GNPIP juga akan meningkatkan produktivitas pangan dengan menggunakan bibit unggul dan melakukan penguatan dan perluasan penerapan IP300.
Baca juga: BI: Ruang penurunan BI-Rate terbuka di triwulan IV-2024
Baca juga: BI catat lelang SRBI capai Rp899,50 triliun hingga 19 Agustus 2024
"Nanti lahan itu tidak hanya di lahan yang biasa tapi rawa juga bisa dimanfaatkan. Jadi, ini yang salah satu diskusi yang kemarin, membatasi semakin menyempitnya lahan dan memanfaatkan rawa untuk menjadi lahan pertanian, Insya Allah ini produksi akan terus meningkat," ujarnya.
Selanjutnya, GNPIP akan membuat ekosistem pangan yang terintegrasi dan lebih baik, salah satunya dengan mendorong semua daerah memiliki neraca pangan untuk mengetahui secara komprehensif ketersediaan pangan di masing-masing daerah.
"Jadi biasanya kan beras itu di sana hasilnya banyak yang di sebelah sana negatif, jadi nanti ada kerja sama antar daerah, ini terus yang akan kita bikin ekosistemnya. Inilah beberapa hal yang kita terus-menerus untuk menjaga supaya harga beras itu tidak naik dengan menjaga produksinya," ujarnya.
Sebelumnya, pada kesempatan lain di acara Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) Wilayah Jawa, Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Restuardy Daud mengatakan sebanyak 7-16 persen penduduk Indonesia masih rentan terhadap kelaparan, dan mencatat ada sedikit penurunan pada produktivitas padi.
Ia juga menuturkan perlu dukungan bersama untuk sama-sama mengantisipasi ancaman inflasi pangan global dan krisis pangan dunia serta melakukan adaptasi untuk memperkuat produktivitas dan produksi pangan dalam negeri dengan tujuan untuk menjamin kecukupan pangan bagi seluruh masyarakat.
Di sisi lain, lanjut dia, beberapa negara yang selama ini menjadi pengekspor beberapa komoditas pangan seperti India, Kamboja dan Thailand sudah menutup keran ekspor untuk memberikan pangan mereka.
"Ini yang menjadi tantangan bagi kita bagaimana menjamin kecukupan pangan ini setidak-tidaknya sampai beberapa waktu ke depan," ujarnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, IHK Juli 2024 tercatat deflasi sebesar 0,18 persen (mtm), sehingga secara tahunan inflasi IHK turun menjadi 2,13 persen (yoy) dari realisasi bulan sebelumnya sebesar 2,51 persen (yoy).
Secara tahunan, kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 3,63 persen (yoy), menurun dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 5,96 persen (yoy).
Baca juga: BI: Transaksi perbankan digital Juli 2024 tumbuh sebesar 30,50 persen
Baca juga: BI pertahankan BI-Rate sebesar 6,25 persen jaga inflasi dalam sasaran
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2024