Pembangunan manajemen talenta seni budaya fokus pada lima bidang yakni sastra, film, musik, pertunjukan, dan seni rupa dengan target membangun kapasitas talenta budaya Indonesia berkualitas di tingkat global
Jakarta (ANTARA) - Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Restu Gunawan menyampaikan manajemen talenta di bidang budaya telah melalui proses kurasi yang ketat.

"Kami memfasilitasi kawan-kawan untuk residensi dan terlibat di berbagai event lintas negara karena tujuan kami go international. Mereka dibiayai, orang-orang yang kami kirim betul-betul melalui kurasi, harus benar-benar yang mendapatkan undangan dari festival berkelas secara internasional," ujar Restu dalam diskusi yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.

Ia menegaskan pembangunan manajemen talenta seni budaya fokus pada lima bidang yakni sastra, film, musik, pertunjukan, dan seni rupa dengan target membangun kapasitas talenta budaya Indonesia berkualitas di tingkat global.

"Jadi mereka melalui kurasi, tidak sekadar orang pengin ke sana, sebab ada ribuan kalau proposal seperti itu karena kami ada dana Indonesiana. Target kita memang yang mendapatkan undangan tetapi melalui kurasi jelas dari kuratorial internasional baik seni rupa, film, atau sastra," paparnya.

Baca juga: Kemendikbud terima RAN PE Awards Program Inovatif Berkelanjutan
Baca juga: Dirjen Kebudayaan: Investasi budaya penting, tingkatkan nilai ekonomi


Restu menambahkan pemerintah sebagai fasilitator telah membangun jejaring dengan berbagai pihak untuk manajemen talenta di bidang kebudayaan, salah satunya melalui kerja sama dengan Korea, yakni Vogo Group dan Korea International Cooperation Agency (Koica).

"Kita bekerja sama dengan Vogo dalam pelaksanaan kegiatan kebudayaan, khususnya peningkatan mutu seniman dan budayawan, juga Koica itu kami sudah membangun program pelatihan host of Indonesia, ada di enam kota," ucapnya.

Namun, menurutnya pengembangan manajemen talenta tersebut hingga saat ini masih menghadapi berbagai tantangan, salah satunya penampilan karya atau etalase budaya yang jarang bertahan lama sehingga masyarakat mudah melupakannya.

"Permasalahan di seni budaya itu, kita kadang investasi untuk sebuah acara sangat besar, tetapi etalasenya hanya tampil sekali. Indonesia bertutur misalnya yang ada di Bali kita hanya tampil sekali, dan kita terlalu banyak, sehingga tidak bisa menampilkan itu di berbagai kota, akhirnya orang akan lupa," tuturnya.

Ia berharap karya-karya dari para pelaku budaya dan seniman yang sudah bagus dalam berbagai acara tersebut dapat tampil di berbagai kota untuk membangun imajinasi dan memori dari pertunjukan atau pagelaran seni tersebut.

Baca juga: Pelajar Indonesia raih delapan Medali di IESO 2024
Baca juga: Nadiem: Pagu anggaran 2025 fokus penuhi kebutuhan-kesejahteraan guru

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024