Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan masalah penyelundupan tekstil dan produk tekstil yang akhir-akhir ini marak di Indonesia hanya bisa diatasi dengan penegakkan hukum yang tegas tanpa pandang bulu. "Sekarang masalahnya agak berbeda, kita banyak bersaing dengan penyelundupan. Artinya kalau dulu kita bersaing di pasar dunia, sekarang kita bersaing di pasar domestik. Karena itu masalahnya (penyelundupan) adalah bagaimana penegakkan hukum secara tegas," kata Wapres Jusuf Kalla saat membuka Pameran Tekstil dan Apparel Indonesia di Kemayoran Jakarta, Kamis. Menurut Wapres, masalah penyelundupan merupakan masalah klasik di pelabuhan. Namun untuk itu, tambahnya, pemerintah telah berusaha keras untuk mengatasinya dengan salah satunya mengganti Dirjen Bea dan Cukai dan sebagainya. Tetapi, tambah Wapres, yang paling penting dalam pemberantasan penyelundupan adalah penegakkan hukum yang tegas. "Dirjen bea cukai diganti-ganti, tapi masalah ini masih ada juga, jadi kita harus lebih keras lagi (dalam penegakkan hukum)," kata Wapres. Dalam pidatonya, Wapres juga menjelaskan bahwa penyelundupan saat ini juga tidak terlalu memberikan keuntungan dengan makin turunya bea masuk. Saat ini, tambahnya, bea masuk hanya tinggal sekitar 5-10 persen, sehingga penyelundupan tidak terlalu banyak menguntungkan. Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelummnya dimana bea masuk mencapai 50 persen. Selain masalah penyelundupan, Wapres juga meminta kalangan industri agar bersama-sama melakukan perbaikan dan mendisiplinkan diri. "Selain ada yang nakal (penyelundupan), industri juga banyak yang nakal. Jangan yang diekspor batu tetapi minta pembebasan atau pengurangan pajak. Jadi kita semua harus sama-sama disiplin termasuk industri juga," kata Wapres di hadapan ratusan para produsen tektil dana produk tektil. Kreatifitas Sementara untuk meningkatkan pangsa pasar tektil dan produk tekstil di pasaran internasional, Wapres mengemukakan pentingnya menumbuhkan terus daya kreatifitas. Menurut Wapres, dengan kreatifitas yang terus terjaga dan efisiensi industri, maka produk tektil Indonesia akan bisa bersaing di dunia internasional. "Banyak hal yang telah berubah tetapi yang terpenting adalah kreatifitas dan efisiensi industrilah yang akan sangat menentukan," katanya. Sebelumnya Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia, Benny Soetrisno, mengatakan industri tektil dan produk tektil Indonesia setiap tahunnya mengalami pertumbuhan sekitar 15 persen dan saat ini menyerap tenaga kerja langsung sekitar 20 juta orang dan tenaga kerja tak lansung sekitar tiga juta orang. Selama 10 tahun produk tektil telah menyumbangkan penghasilan devisa sebesar 7,4 miliar dolar AS "Hasil tekstil tersebut merupakan 20 persen devisa bersih yang dihasilkan Indonesia dalam ekspor barang," kata benny Soetrisno. Produk tekstil Indonesia, kata Benny, telah menyebar di 220 negara di dunia dan bersaing ketat dengan produk-produk dari China dan India. Ajang pameran tektil yang pertama kali ini akan berlangsung dari 21-24 September 2006 bertempat di Hall A arena Peran Raya Jakarta Kemayoran. (*)

Copyright © ANTARA 2006