Padang (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan Indonesia memang harus membangun sektor pertaniannya, namun pembangunan pertanian itu jangan sampai mengakibatkan para petani tidak merasakan kemajuan atau "diam ditempat".
"Jangan sampai pertanian maju, tetapi petaninya 'diam ditempat'," kata Yudhoyono di Padang, Kamis, seusai menerima gelar doktor honoris causa dari Universitas Andalas.
Yudhoyono mendapat gelar doktor kehormatan di dalam bidang pembangun pertanian berkelanjutan.
Kepala Negara yang didampingi Ibu Negara, Ani Yudhoyono, lebih lanjut mengemukakan pembangunan sektor pertanian sangat penting, karena sebagian besar dari penduduk miskin yang berjumlah 39,1 juta jiwa adalah petani.
Sementara itu, sebagian besar dari 11,9 juta penganggur adalah berasal dari kelompok petani juga, katanya.
Karena itu, untuk melindungi sektor pertanian dan para petani, pemerintah menetapkan kebijaksanaan penetapan harga pembelian pemerintah (HPP) untuk gabah serta pemberian subsidi tertentu.
Kebijaksanaan pemerintah untuk memberikan subsidi tertentu serta penetapan harga pembelian pemerintah adalah agar harga tidak jatuh. Dikatakannya pembangunan pertanian tidak bisa lagi menggunakan cara-cara konvensional karena sudah tidak memadai.
Untuk itu, ia meminta perguruan tinggi dan lembaga-lembaga penelitian untuk berperan aktif dalam membangun sektor pertanian.
"Kita jangan diam dan mari berfikir kreatif dan produktif," kata Yudhoyono pada acara yang dihadiri pula Ketua BPK, Prof. Dr. Anwar Nasution, Wakil Ketua DPD, Irman Gusman, Menko Kesra Abu Rizal Bakrie, Menteri Agama, Maftuh Basyuni, serta Meneg Pemberdayaan Perempuan, Prof. Dr. Mutia Swasono Hatta.
Ketika menjelaskan mengapa dirinya menaruh perhatian besar pada para petani, Yudhoyono menjelaskan "Saya dilahirkan dan dibesarkan di daerah tandus (Pacitan-red.), sehingga saya bisa merasakan susah payahnya para petani."
Kepala Negara juga mengatakan ketika menjadi panglima Kodam II Sriwijaya di Sumbagsel, dirinya juga mengamati kehidupan petani yang masih memprihatinkan. Karena itu, pada 2001 hingga 2004, ia mengikuti program doktor di Institut Pertanian Bogor.
Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa sektor pertanian harus mengalami revitalisasi secara mendasar, apalagi banyak daerah yang mengalami gagal panen akibat tsunami dan bencana alam. (*)
Copyright © ANTARA 2006