Banjarmasin (ANTARA) - Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Selatan menghasilkan 5,3 ton panen perdana padi apung di Desa Sungai Pinang Lama Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar, pada Selasa.
Panen perdana ini telah membuktikan bahwa padi apung dapat diterapkan di wilayah Kalimantan Selatan, khususnya di daerah rawa dan air pasang surut.
Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kalsel Imam Subarkah di Banjarbaru, Selasa mengatakan, program padi apung ini solusi bagi petani yang terkendala kekurangan lahan untuk melakukan penanaman padi.
Panen padi apung dilaksanakan di beberapa kabupaten seperti Hulu Sungai Selatan, Barito Kuala, Balangan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Banjar, dan Tanah Bumbu.
"Kali ini panen perdana padi apung dilakukan di Desa Sungai Tabuk, di sana terdapat banyak lahan yang sering terendam akibat hujan, sehingga cocok untuk penanaman padi apung,” ungkapnya.
Untuk diketahui, ucap Imam, padi apung yang ditanam di kabupaten Banjar pada program panen perdana ini mencapai 5,3 ton dengan luas lahan 0,1 hektare.
Ini telah membuktikan bahwa padi apung dapat menjadi alternatif pengganti lahan pertanian yang sempit dan membantu produksi pangan di daerah yang terkendala.
“Kegiatan uji coba ini mendapat antusiasme yang tinggi dari masyarakat di Desa Sungai Pinang Lama. Kelompok tani di desa tersebut meminta agar alokasi program padi apung diperbanyak pada tahun-tahun berikutnya,” ujarnya.
Saat ini, tutur Imam, permintaan program ini masih terbatas pada sekitar 70 stream. Namun, pada tahun berikutnya diharapkan akan semakin besar. Dan dukungan dari pemerintah kabupaten sangat dibutuhkan untuk mendorong program.
Dalam menjalankan program padi apung, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Kalsel berharap agar setiap kabupaten dapat mengembangkan dan memanfaatkan lahan rawa yang selama ini hanya terbengkalai.
“Program padi apung di Kalimantan Selatan akan semakin berkembang dan memberikan manfaat yang baik bagi petani apabila bisa memanfaatkan lawan rawa yang selama ini terbengkalai,” katanya.
Pewarta: Gunawan Wibisono
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2024