Sistem tersebut, yang diberi nama Expresso V3, bertujuan melindungi surat elektronik (surel) resmi dari jenis pengintaian yang dilaporkan telah dilakukan oleh lembaga intelijen AS tahun lalu terhadap Presiden Brazil Dilma Rousseff dan para pembantu seniornya.
Koordinator Dinas Layanan Pemrosesan Data Pemerintah Federal (Serpro) Marcos Mello mengatakan sistem tersebut menggunakan kata sandi dan penanda digital untuk mengamankan surel dari penyadapan, serta menjelaskan keaslian asal surel bersangkutan.
Sistem itu menggunakan "tanda tangan digital dan sandi untuk menjamin keutuhan dan kerahasiaan pesan tersebut", kata Mello.
"Semua percobaan keamanan dilakukan" pada sistem itu, termasuk "simulasi penerobosan", Mello menambahkan, sebagaimana dikutip Xinhua.
Dinas intelijen Pemerintah Brazi berusaha mengembangkan perangkat lunak dengan bantuan Federal University of Santa Catarina (UFSC).
Sistem tersebut, yang meliputi fungsi seperti pesan seketika dan konferensi jejaring, direncanakan sepenuhnya terpasang di Kementerian Pertahanan paling lambat pada 30 Juni, dan di seluruh kantor Pemerintah Federal selambat-lambatnya pada akhir 2014.
Tahun lalu, dokumen yang dibocorkan oleh pekerja lembaga intelijen AS yang berubah menjadi pembongkar rahasia Edward Snowden memperlihatkan Badan Keamanan Nasional AS (NSA), yang berpusat di Washington, memantau surel Rousseff, beberapa anggota kabinetnya dan perusahaan minyak raksasa negara tersebut, Petrobas.
Brazil menuduh Washington melakukan kegiatan mata-mata dan Rousseff menginstruksikan Serpro untuk mengembangkan jaringan surel yang aman untuk digunakan oleh pemerintah. Ia juga mencela penyadapan di PBB serta menyerukan pengelolaan Internet global guna melindungi privasi pribadi.
Perangkat lunak itu adalah versi ketiga sistem surel aman, yang sudah mulai digunakan oleh 700.000 pengguna di seluruh dunia, dan telah menarik perhatian Pemerintah Argentina serta Uruguay, yang tertarik untuk memasang jaringan yang aman.
(C003)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014