"Penguatan yang signifikan dan perlu dilakukan adalah bagaimana kita melakukan penanganan sampah dari rumah tangga. Karena dari data Kementerian LHK jumlahnya signifikan," kata Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup (LH) Jakarta Pusat Slamet Riyadi di Jakarta, Selasa.
Volume sampah di Jakarta Pusat selama ini setiap harinya berkisar 900 hingga 1.000 ton. Dari total jumlah itu, sekitar 51 persen di antaranya merupakan sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga.
Baca juga: Jakpus angkut 19 ton sampah Malam Gemilang HUT RI di Monas
Selain itu, Slamet menjelaskan, pengelolaan sampah dari hulu dimulai dari aktivitas warga memilah sampah organik, anorganik dan sampah beracun atau berbahaya (B3) rumah tangga dari rumah mereka.
"Pemilahan sampah dari rumah tangga itu nantinya akan berlanjut oleh penanganan di bidang pengelolaan sampah (BPS) RW untuk melakukan pengelolaan sampah," kata Slamet.
Menurut Slamet, pengelolaan sampah tidak hanya berdampak terhadap pengurangan volume. Pengelolaan sampah anorganik bisa menghasilkan nilai ekonomis bagi warga melalui bank sampah.
Baca juga: Pemkot Jaksel fasilitasi alat kebersihan ke warga untuk kelola sampah
Wakil Wali Kota Jakarta Pusat Chaidir mengatakan, salah satu masalah yang harus dituntaskan Jakarta Pusat agar bisa meraih penghargaan Adipura dengan kategori tertinggi yang diberikan kepada kota/kabupaten adalah mengurangi volume sampah rumah tangga.
Karena itu, dalam waktu dekat Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Pusat berencana melakukan evaluasi terhadap seluruh Tempat Penampungan Sementara (TPS) di seluruh kecamatan dan kelurahan se-Jakarta Pusat.
"Kita akan evaluasi semua TPS di tingkat kecamatan dan kelurahan. Karena target kita bisa meraih Adipura Kencana di tahun ini," kata Chaidir.
Adapun pada 2023 lalu Jakarta Pusat menerima penghargaan Adipura dengan kategori Metropolitan. Penghargaan itu telah diraih dua tahun berturut-turut sejak tahun 2022.
Pewarta: Siti Nurhaliza
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2024