Makanya ada mitos, partai-partai memperjuangkan jumlah suara di ibu kota suatu provinsi jangan sampai kalah. Ada anggapan, penduduk di ibu kota di propinsi paling berpengaruh,"

Jakarta (ANTARA News) - Persepsi pemilih dari kelas menengah yang memiliki akses luas informasi, diyakini dapat mempengaruhi signifikan pilihan kalangan masyarakat lainnya dalam Pemilu 2014.

Pengamat politik Yunarto Wijaya menyebut masyarakat kelas menengah sebagai sebuah "social influencer". Masyarakat kelas menengah yang berdomisili di suatu kota besar, atau ibu kota provinsi, kata Yunarto, dapat mempengaruhi persepsi masyarakat yang berada di daerah lain dalam satu propinsi itu.

"Makanya ada mitos, partai-partai memperjuangkan jumlah suara di ibu kota suatu provinsi jangan sampai kalah. Ada anggapan, penduduk di ibu kota di propinsi paling berpengaruh," kata dia pada pemaparan kajian media sosial PoliticaWave di Jakarta, Rabu.

Menurut pengamat dari lembaga kajian Charta Politica itu, masyarakat kelas menengah masih menikmati euphoria kebebasan berpendapat dalam dunia politik hasil reformasi, yang juga didukung oleh berbagai saluran komunikasi hasil perkembangan teknologi informasi.

Berbagai opini tentang dunia politik, akan disebarluaskan masyarakat kelas menengah melalui berbagai wahana komunikasi termasuk media sosial. Cara lainnya, kata Yunarto, masyarakat kelas menengah menyebarluaskan pengaruhnya melalui kegiatan komunitas-komunitas terutama di daerah.

Kalangan pemilih muda di daerah, lebih dapat dipengaruhi oleh komunitasnya. Bahkan pengaruh komunitas di daerah terhadap pemilih muda lebih tinggi dibanding pengaruh dari keluarga, kata Yunarto.

"Pilihan pemilih muda akan dipengaruhi teman sesama komunitas, bahkan dibandingkan dengan (pilihan) keluarga," kata dia.

Ceruk suara dari kelas menengah pun dianggap "seksi" oleh partai politik, karena kelas menengah berkaitan dengan pemilih muda (17-30 tahun) yang jumlahnya mencapai 30 persen dari total pemilih.

Selain itu, kelas menengah yang dianggap sukses secara ekonomi akan membuat mereka memiliki citra yang mumpuni untuk jadi panutan di bidang lain, termasuk politik.

"Tingkat 'kepatuhan' terhadap 'social influencer' tinggi," kata Yunarto.(*)

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014