Sektor perindustrian ke depannya harus aktif, terutama dalam memantau teknologi. Oleh karena itu peran atase harus lebih hebat lagi, membuka ruang investasi termasuk negosiasi teknologi,"

Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perindustrian meminta atase bidang perindustrian yang berada di luar negeri aktif membuka ruang investasi dan melakukan negosiasi pertukaran teknologi.

"Sektor perindustrian ke depannya harus aktif, terutama dalam memantau teknologi. Oleh karena itu peran atase harus lebih hebat lagi, membuka ruang investasi termasuk negosiasi teknologi," ujar Staf Ahli Menteri Perindustrian Bidang Pemasaran dan Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri Ferry Yahya, di sela-sela acara pembekalan 113 calon atase luar negeri, di Jakarta, Rabu.

Menurut Ferry mengatakan saat ini Kementerian Perindustrian telah menempatkan atase perindustrian di tiga negara antara lain Belgia, Jepang, dan Taiwan. Dia mengatakan idealnya Indonesia mengirimkan satu atau dua orang sebagai atase di seluruh wilayah yang memiliki sektor perindustrian yang kuat.

"Di ASEAN seperti Korea, China, serta Eropa Timur seperti Rusia, Polandia, Jerman, itu harusnya masing-masing ada satu atau dua atase, karena negara-negara itu memiliki sektor perindustrian yang kuat," kata dia.

Menurut dia peran atase sangat penting dalam membuka ruang investasi baru. Selama ini atase Indonesia yang berada di Belgia, Jepang dan Taiwan telah berhasil membawa sejumlah investor masuk berinvestasi di dalam negeri.

"Atase itu bertugas di lini terdepan untuk melakukan promosi (terhadap investor). Mereka sekarang dipermudah dengan lahirnya UU Perindustrian yang telah menjamin investasi sektor industri, sehingga mereka bisa menjanjikan kepada investor bahwa di Indonesia sudah tidak ada lagi wilayah abu-abu, semua sudah ada aturan yang jelas," kata dia.

Meskipun demikian Ferry mengakui masih ada sejumlah kendala klasik yang dihadapi atase dalam membuka ruang investasi, antara lain belum maksimalnya pembangunan infrastruktur nasional hingga permasalahan sulitnya pembebasan tanah.

Dua hal itu menjadi kendala yang tak terbantahkan ketika atase mencoba menawarkan peluang investasi di Indonesia.

"Investor itu kadang lebih mengerti masalah di tanah air ketimbang kita sendiri. Maka dari itu program pembangunan MP3EI harus segera dimaksimalkan, agar enam koridor wilayah benar-benar berkembang," kata Ferry.

Selain itu Ferry mengingatkan bahwa Indonesia juga masih memiliki keunggulan sumber daya manusia maupun sumber daya alam melimpah yang dapat menjadi daya tarik investasi.

Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014