"Saya harus memprioritaskan anggaran untuk pendidikan, pelatihan dan pengurangan kemiskinan. Tidak boleh habis-habisan untuk pertahanan. Jadi semua harus berimbang dan proposional," kata Kepala Negara.
Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan, program pengembangan kekuatan dan modernisasi Tentara Nasional Indonesia (TNI) ke depan tidak akan dilakukan besar-besaran, karena militer Indonesia bukan militer yang agresif. "Selain terbatasnya anggaran, Indonesia tidak berniat mengembangkan kekuatan militer yang agresif untuk menguasai dunia," kata Presiden di hadapan para peserta Rapim Terbatas TNI 2006 di Jakarta, Rabu. Panglima tertinggi tersebut juga menekankan pengembangan militer Indonesia difokuskan pada "essential minimum force", mengingat ancaman perang bagi Indonesia masih kecil walaupun potensinya tetap ada. Di tengah pidato, tiba-tiba presiden menghentikan sambutannya dan mencari Kepala Badan Intelijen Strategis (Kabais) dan Asintel Kasum TNI sekedar memastikan seberapa besar ancaman perang bagi Indonesia. Mendapati pertanyaan mendadak itu, peserta Rapim menjawab "tetap ada", namun potensi ancaman perangnya kecil. Mantan Kasospol ABRI itu pun mengulang kembali pernyataan tersebut bahwa probalilitasnya memang kecil, dan justru yang akan terjadi adalah operasi militer selain perang. Namun karena sepertinya Presiden menginginkan jawaban yang tegas, presiden pun melontarkan guyonan ke tengah hadirin soal perang tadi. "Lain kali perwira intel kalau ditanya komandannya soal ancaman perang, jawabanya begini, `hanya Tuhan yang tahu pak'," tukasnya disambut tepuk tangan dan tawa hadirin Yudhoyono mengatakan, kekuatan minimum yang dikembangkan dalam pembangunan militer Indonesia diperlukan untuk mendukung tugas pokok dan strategi penangkalan (strategic deterrent). Tidak itu saja, pembangunan kekuatan militer juga tetap harus disesuaikan dengan kemampuan ekonomi negara. "Saya harus memprioritaskan anggaran untuk pendidikan, pelatihan dan pengurangan kemiskinan. Tidak boleh habis-habisan untuk pertahanan. Jadi semua harus berimbang dan proposional," kata Kepala Negara. Meski begitu, pembangunan kekuatan militer Indonesai harus tetap disesuaikan dengan beragam pola ancaman yang berkembang sehingga senantiasa siap menghadapi berbagai ancaman, termasuk terorisme. "Jangan terninabobokan, pahami betul metoda perang modern, perkembangan teknologi militer, doktrin, strategi dan kebijakan dalam pertahanan dunia ini. Kembangkan, kita punya sendiri. Dan tak lupa, sejauh mungkin menggunakan industri nasional," kata Yudhoyono.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006