Pesannya jangan sampai kita growing old before growing rich, ini persoalan serius. Ketika bangsa kita sudah menua tapi pendapatan per kapitanya belum tinggi maka kita terjebak
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr. Hasto Wardoyo menyebut remaja perlu menguasai keterampilan tingkat tinggi atau high skill.

"Saat ini bangsa kita masih di medium 'low skill', Anda para remaja sebagai calon pemimpin masa depan, saya titip ayolah keterampilan kita tingkatkan sama-sama, jangan low atau medium, tapi high skill," kata Hasto dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin.

Baca juga: BKKBN gelar "Roadshow" Motor Penyuluh KB di lima provinsi Pulau Jawa

Hasto menyampaikan hal tersebut saat mengisi seminar di Universitas Tarumanegara (Untar), Jakarta Barat, pada Kamis (15/8).

Ia menegaskan, para mahasiswa harus menguasai keterampilan tinggi dan menguasai teknologi agar bisa terus beradaptasi dengan dunia kerja yang dinamis.

"Harus kuasai skill yang tinggi, jangan hanya skill yang rendah-rendah saja. Saya yakin adik-adik remaja kalau menguasai teknologi, ini high skill. Kalau saya misalnya, sebagai ahli bayi tabung memiliki keterampilan mempertemukan sperma dan sel telur sampai menjadi embrio," ujar dia.

Ia memaparkan, populasi usia remaja di Indonesia saat ini mengambil porsi terbesar di antara usia lainnya, terdiri dari 33,75 persen generasi milenial dan 29,23 persen generasi Z dan alpha.

Sedangkan jumlah remaja usia 10-24 tahun sebesar 64 juta jiwa atau sekitar 28,6 persen dari total penduduk di Indonesia proyeksi penduduk 2000-2025. Oleh karena itu, remaja menjadi fokus perhatian penting.

Ia menegaskan, juga agar anak muda tidak menua sebelum kaya sehingga tidak terjebak di pendapatan kelas menengah.

Baca juga: BKKBN minta daerah prioritaskan pengadaan kontrasepsi jangka panjang

"Pesannya jangan sampai kita growing old before growing rich, ini persoalan serius. Ketika bangsa kita sudah menua tapi pendapatan per kapitanya belum tinggi maka kita terjebak," ucapnya.

Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) per Agustus 2023, hampir separuh pekerja usia produktif adalah pekerja informal (47,2 persen), di mana pekerja informal perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki, dan lebih dari sepertiga pekerja usia produktif bekerja kurang dari 35 jam seminggu (35,2 persen), didominasi perempuan.

"Mulai sekarang, ketika belajar di kampus, siapkan diri agar nantinya jangan menganggur, harus produktif. Satu minggu itu 160 jam lebih, tetapi banyak generasi muda kita bekerja kurang dari 35 jam. Inilah apabila bangsa yang besar belum tentu sukses karena belum menggunakan waktunya dengan baik," paparnya.

Ia juga mengingatkan pentingnya mengendalikan gangguan mental dan mengurangi stres dengan berolahraga dan melakukan hal-hal positif.

"Orang bisa senang karena ada hormon dopamin dari otak. Cara mengeluarkannya bisa dengan olahraga, menyanyi, berdoa, beribadah. Lakukan hal positif," tuturnya.

Baca juga: BKKBN Sulut maksimalkan kinerja TPPS capai target stunting 14 persen

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2024