Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis penyakit dalam di RSUD Tebet dr. Taufan Harun Habibie, SpPD mengatakan tes untuk mendeteksi "Human Immunodefiency Virus" (HIV) dalam tubuh tak menyakitkan.

"Tes ini sebenarnya tidak menyakitkan. Prosesnya menggunakan pemeriksaan darah dan skrining, menggunakan mukosa atau air liur bisa untuk mendeteksi ketika dia terpapar HIV," kata dia dalam acara daring, Senin.

Taufan mengatakan proses tes cukup sederhana, yakni pengambilan darah lalu diperiksa ke laboratorium dan secara umum seperti pemeriksaan gula darah.

Sebelum melaksanakan tes ini, seseorang perlu menjalani konseling. Ini demi mencegah terjadinya kebingungan terkait hasil yang akan didapat nantinya.

Saat ini tes HIV tersedia di layanan kesehatan seperti Puskesmas. Beberapa Puskesmas di Jakarta bahkan sudah mengampu untuk pengobatan HIV sekaligus.

Baca juga: Masyarakat disarankan tes HIV minimal sekali seumur hidup
Baca juga: KPA DKI sebut belum seluruh orang dengan HIV patuh minum obat


Tidak harus datang ke rumah sakit, bisa berobat ke Puskesmas. "Kalau positif, diobati rutin, berkala, bisa diatasi dengan baik. Obatnya sudah ter-'cover' oleh program Kementerian Kesehatan. Pasien harus rutin minum obat," kata Taufan.

Dia mengingatkan seseorang yang ternyata mendapatkan hasil tes positif harus segera menjalani pengobatan. Saat ini dengan obat-obat baru terbukti secara empirik dapat menekan virus sehingga tidak bisa bereplikasi.

"Bahkan bisa sampai terdeteksi virus. Tidak perlu khawatir atau punya pikiran negatif. Semakin cepat diobati, tentu virus akan semakin cepat dikontrol dan ini sangat baik untuk kesehatan pasien," kata Taufan.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menargetkan tiga zero atau tiga nol pada tahun 2027 terkait HIV/AIDS, yakni tidak ada infeksi baru, tidak ada lagi orang yang meninggal karena AIDS dan tidak ada lagi stigma atau diskriminasi pada mereka yang terkena HIV.

Guna mencapai itu, pemerintah menyosialisasikan STOP yang merupakan akronim dari Stop, Temukan, Obati dan Pertahankan.
 

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2024