Jenewa (ANTARA) - Jumlah pekerja kemanusiaan yang tewas dalam konflik bersenjata pada 2023 meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya, menurut organisasi-organisasi kemanusiaan internasional di PBB.

Dalam surat bersama yang ditujukan kepada para kepala negara di dunia pada Senin, mereka mengatakan peningkatan itu terjadi akibat adanya kekebalan hukum terhadap pelanggaran hak asasi manusia di dunia.

Pada 2023, puluhan ribu warga sipil tewas atau terluka dalam konflik bersenjata dan jumlah kematian di kalangan pekerja kemanusiaan meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumnya.

"Pada 2024, jumlah korban yang tewas, cedera, ditahan, dan diculik sudah sangat mengkhawatirkan," bunyi surat tersebut.

Organisasi-organisasi kemanusiaan itu juga meminta semua pihak yang terlibat dalam konflik bersenjata dan semua negara untuk mematuhi kewajiban, menghormati hukum perang, dan meminimalkan penderitaan manusia.

"Seharusnya kita tidak menunggu momen tahunan seperti Hari Kemanusiaan Sedunia untuk mengingatkan semua pihak yang terlibat dalam konflik bersenjata, dan semua negara, tentang kewajiban mereka di bawah hukum humaniter internasional," kata mereka.

Mereka menambahkan bahwa kepatuhan terhadap hukum kemanusiaan itu harus dilakukan terus menerus karena hal itu "tidak bisa dirundingkan dan dikecualikan."

Jumlah staf PBB yang tewas dalam konflik di Jalur Gaza mencapai lebih dari 200 orang. Angka itu menjadi yang tertinggi sejak organisasi dunia itu dibentuk pada 1945.

Hari Kemanusiaan Sedunia, yang diperingati setiap 19 Agustus, adalah momen untuk merayakan dan menghargai kontribusi luar biasa para pekerja kemanusiaan, serta untuk memperkuat komitmen terhadap prinsip-prinsip kemanusiaan universal.

Sumber: Sputnik

Baca juga: Badan Pengungsi PBB laporkan penganiayaan staf yang ditahan Israel
Baca juga: Sekjen PBB berduka atas kematian staf keamanan PBB di Gaza

Penerjemah: Primayanti
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2024