Saya justru heran dengan pihak-pihak yang merasa tersindir dengan puisi yang saya buat. Dalam puisi kita berbicara tentang nilai, bukan orang,"
Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Fadli Zon mengatakan bahwa puisi-puisi yang telah dibuatnya bukan untuk menyerang pihak-pihak tertentu atau partai lain.
"Saya justru heran dengan pihak-pihak yang merasa tersindir dengan puisi yang saya buat. Dalam puisi kita berbicara tentang nilai, bukan orang. Kita bicara tentang karakter dan nilai yang ditinggalkan. Ini adalah politik yang lebih substansi. Jika ada pihak yang merasa tersindir atau diserang, masyarakat dapat menilai sendiri," tutur Fadli dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Selasa.
Fadli mengatakan bahwa dirinya tidak ambil pusing dengan anggapan bahwa puisi-puisi yang dibuatnya justru akan menyerang balik Gerindra.
"Kami percaya diri dan sama sekali tidak khawatir dengan citra buruk. Kami merasa telah mencontohkan politik yang bermoral tinggi. Ini adalah bagian dari politik yang berbudaya," katanya.
Ia berpendapat, berpuisi jauh lebih baik daripada saling mencaci maki. Justru ini bisa menjadi kultur baru dalam politik, kami juga mempersilakan jika pihak lain ingin membalas puisi atau pantun. Dengan saling berpuisi justru dapat menjadi pendidikan politik baru dengan pendekatan sastra, kata Fadli Zon.
Ia pun mengajak kepada seluruh elemen Partai Gerindra untuk terus bersemangat dalam berjuang menjelang Pemilu Legislatif yang tinggal beberapa hari lagi.
"Target kami untuk memenangkan Pemilu Legislatif dan mengusung pasangan capres dan cawapres sendiri tidak akan berubah. Berbagai upaya pemenangan terus kami jalankan untuk hasil yang terbaik," ujarnya.
Fadli pertama kali melontarkan puisi berjudul Air Mata Buaya lalu dilanjutkan dengan puisi Ikan Merah Kerempeng (menyindir Joko Widodo) dan Sandiwara. Bahkan, pada Selasa (1/4) ini Fadli Zon membuat puisi yang berjudul Menuju Indonesia Raya. Dalam puisinya itu, Fadli menyindir
PDIP yang dalam kampanye pemilu legislatif 2014 menggunakan jargon Indonesia Hebat.
Dalam puisinya itu, Fadli menyindir penjualan aset Indosat hingga pemimpin yang khianat. Sindiran ini jelas dialamatkan kepada PDI Perjuangan, dimana penjualan Indosat terjadi pada era Presiden Megawati Soekarnoputri (Ketum PDIP).
Berikut puisi Fadli Zon dengan judul Menuju Indonesia Raya:
Indonesia tak akan hebat
Kalau pemimpin tidak amanat
Indonesia tak akan hebat
Kalau koruptor semakin kuat
Indonesia tak akan hebat
Karena kau jual Indosat
Indonesia tak akan hebat
Kalau dirawat kaum khianat
Indonesia tak akan hebat
Karena rakyat belum berdaulat
Indonesia akan bangkit
Kalau pemimpin tidak sakit
Indonesia akan makmur
Kalau koruptor segera dikubur
Indonesia akan jaya
Kalau rakyat berkuasa
Indonesia akan jadi macan Asia
dengan gerakan Indonesia Raya
Fadli Zon, 1 April 2014. (*)
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014