Istambul (ANTARA) - Hamas memberi tahu Turki pada Minggu (18/8) bahwa, kendati Amerika Serikat (AS) menggambarkan optimisme pada negosiasi gencatan senjata untuk Gaza dan kesepakatan pembebasan sandera, situasi sebenarnya tidak seperti itu.

Israel, kata kelompok perjuangan Palestina itu, bahkan tidak merespons proposal yang disodorkan para mediator dalam pembicaraan minggu lalu. 

Menurut sumber diplomatik Turki, pejabat Hamas menghubungi Turki akhir pekan kemarin dan memberikan informasi tentang proses negosiasi dengan Israel.

Para pejabat Hamas itu menekankan bahwa, meskipun AS menggambarkan kemajuan negosiasi dengan cara yang optimis, kenyataannya tidak demikian.

Menurut Hamas, syarat-syarat yang diajukan Israel bahkan belum memenuhi skenario yang didukung oleh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 10 Juni dan syarat-syarat yang disetujui oleh Hamas pada 2 Juli.

Hamas menegaskan bahwa Israel menginginkan Hamas menerima keberadaan Israel di Koridor Philadelphi, mengendalikan pos-pos pemeriksaan di Koridor Netzarim, dan memantau warga Gaza yang berpindah dari selatan ke utara. 

Israel juga disebutkan tidak akan menyetujui 100 nama dari daftar sekitar 300 tahanan yang Hamas inginkan untuk dibebaskan.

Tuntutan lainnya adalah jumlah warga Palestina yang ingin diasingkan Israel dari Gaza dan Ramallah. Dalam konteks ini, Israel ingin 200 orang meninggalkan Palestina.

Menurut Hamas, tujuan akhir Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu adalah mengulur waktu untuk melanjutkan operasi militer.


Sumber: Anadolu

Baca juga: Kesepakatan Gaza mungkin tidak hasilkan gencatan senjata

Baca juga: Hamas tak melihat ada kemajuan dalam pembahasan sandera dengan Israel



 

25 warga Palestina tewas akibat serangan udara Israel

 

Penerjemah: Primayanti
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2024