Mata uang rupiah terbawa arus sentimen domestik, pelemahan dolar AS juga masih terjadi terhadap mayoritas mata uang dunia

Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Selasa pagi menguat 50 poin menjadi Rp11.295 dibanding sebelumnya di posisi Rp11.345 per dolar AS.

Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada di Jakarta, Selasa mengatakan bahwa mata uang rupiah cenderung mengalami penguatan menyusul ekspektasi positif dari Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) yang memperkirakan bahwa neraca perdagangan Februari akan surplus dan inflasi Maret akan stabil.

"Mata uang rupiah terbawa arus sentimen domestik, pelemahan dolar AS juga masih terjadi terhadap mayoritas mata uang dunia," katanya.

Ia menambahkan, Menteri Keuangan Indonesia memperkirakan neraca perdagangan pada Februari akan surplus sekitar 400-500 juta dolar AS, dan Bank Indonesia memperkirakan inflasi bulan Maret berada di 0,1 persen "month on month".

Dari eksternal, lanjut dia, menguatnya nilai tukar euro pasca ekspektasi terhadap membaiknya data-data ekonomi negara di kawasan euro memberikan imbas positif bagi laju nilai tukar domestik. Di sisi lain, mata uang yuan juga turut memberikan sinyal positif setelah pemerintah Tiongkok berencana menambah stimulus untuk mengantisipasi perlambatan ekonominya.

"Data-data ekonomi domestik dan perkembangan data-data ekonomi global diharapkan masih dapat mempertahankan apresiasi rupiah," katanya.

Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova menambahkan bahwa apresiasi rupiah juga akan didukung dari dana asing yang masih masuk ke pasar saham di dalam negeri.

"Dana asing yang masuk itu membuat permintaan mata uang rupiah meningkat sehingga mendorong penguatannya," katanya.

Di sisi lain, lanjut dia, diberlakukannya kurs transaksi Bank Indonesia atau Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (Jisdor) sebagai acuan nilai tukar rupiah juga membuat fluktuasi lebih stabil.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014