Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengembangkan teknologi nuklir untuk membantu mempermudah proses riset cagar budaya.

Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN, Mego Pinandito saat ditemui di Jakarta, Senin, mengatakan riset soal cagar budaya, terutama di Indonesia yang kaya akan warisan budaya memiliki kaitan erat dengan analisis yang harus dilakukan secara akurat, guna menjaga nilai warisan budaya tersebut.

Baca juga: Indonesia dipercaya IAEA kembangkan teknologi nuklir riset arkeologi

"Sehingga, dalam analisis artefak, cultural heritage, benda purbakala, dan lain sebagainya dengan teknologi ini ada hal kemajuan yang bisa diketahui dengan mudah," kata Mego.

Beberapa hal yang dapat diungkap dengan teknologi ini, kata Mego, seperti analisis perkiraan umur artefak, perkiraan tahun dibuatnya artefak tersebut, dan hal lainnya yang bisa lebih mudah dan akurat untuk diketahui, dibandingkan dengan menggunakan metode konvensional seperti sebelumnya.

Menurutnya, teknologi ini juga bisa menganalisis informasi yang belum diungkap lebih lanjut pada suatu artefak yang ditemukan.

"Kami harapkan ini bisa memberi satu dampak positif, dalam konteks analisis dasar informasi di benda arkeologi itu sendiri," ujarnya.

Lebioh lanjut, Technical Expert IAEA, Bum Soo Han menjelaskan terdapat berbagai teknik identifikasi bisa dilakukan pada sebuah temuan artefak, salah satunya, yakni dengan sinkronisasi sinar X, yang bisa membantu menemukan di mana dan kapan suatu artefak dibuat.

Selain itu, sambungnya, teknologi yang sama juga bisa membantu para arkeolog untuk memperkuat daya tahan sebuah artefak.

Baca juga: BRIN-IAEA perkuat kapasitas instrumen dan aplikasi nuklir di Indonesia

Baca juga: BRIN-IAEA kembangkan teknologi daur ulang limbah plastik dengan nuklir


Han menekankan teknologi nuklir bisa mendisinfeksi suatu artefak dengan dampak minimum, yang juga membantu proses penyimpanan suatu artefak sehingga bisa disimpan untuk waktu yang lama.

"Sebab, di Asia, khususnya di Indonesia, banyak warisan budaya yang terbuat dari kayu atau kain yang bahannya mudah terdegradasi, sehingga hal ini memerlukan teknik khusus," tutur Bum Soo Han.

Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2024