Paris (ANTARA News) - Perdana Menteri Prancis Jean-Marc Ayrault mundur, Senin (31/3), setelah penampilan buruk Sosialis dalam pemilihan umum lokal, sehingga melicinkan jalan bagi tim baru bagi kabinet yang sedang berjuang, kata media lokal.
Dengan mengutip keterangan dari Kantor Perdana Menteri, saluran berita BFMTV melaporkan Ayrault mengajukan pengunduran dirinya kepada Presiden Prancis Francois Hollande di bawah tekanan seruan yang meningkat agar pemimpin baru Matignon bisa membawa pemerintah memerangi pengangguran dan keuangan yang tidak sehat.
Laporan itu menambahkan Menteri Dalam Negeri Manuel Vallsa akan menggantikan tokoh Sosialis kawakan tersebut.
Kekalahan kubu Sosialis dalam babak kedua pemilihan umum tingkat kota praja memicu seruan bagi perubahan dan suntikan darah baru dalam pemerintah, yang sudah dibuat lemah oleh serangkaian hasil buruk oleh anggotanya, demikian laporan Xinhua.
Lebih dari 70 persen warga Prancis menghendaki perdana menteri baru, demikian jajak pendapat BVA.
Di dalam pernyataan singkat yang dijadwalkan disiarkan di jejaring Elysee, Hollande berpidato melalui televisi pada pukul 20.00 waktu setempat (01.00 WIB, Selasa) dalam upaya baru untuk mempertahankan kebijakan dan meraih kembali kepercayaan pemilih dengan mengungkapkan daftar kabinet barunya.
Perubahan paling akhir dalam kabinet Prancis terjadi pada 21 Juni 2012, ketika kubu Sosialis meraih mayoritas mutlak di Majelis Rendah Parlemen, dalam pemilihan terakhir anggota Dewan Legislatif.
Sebelumnya dilaporkan dengan sangat sedikitnya pemberi suara, pemilih Prancis menyerahkan kemenangan besar kepada kubu konservtif dan sayap-kanan-jauh dalam pemilihan umum lokal, Ahad (30/3).
Hasil itu dipandang banyak pihak sebagai hukuman bagi kubu Sosialis, yang memerintah.
Hasil resmi belum diumumkan, tapi jajak pendapat di luar pemungutan suara memperlihatkan Uni bagi Gerakan Rakyat (UMP), yang konservatif, mengantungi 49 persen suara, tujuh persen lebih banyak dibandingkan dengan Partai Sosialis (PS) --yang memerintah.
Kubu kanan-jauh Front Nasional (FN), partai anti-pendatang dan proteksionis, mengumumkan sembilan persen --angka yang cukup tinggi mengingat partai tersebut menempatkan calon di 596, dari 36.000, kota kecil, kata survei BVA.
Dalam pemilihan umum tersebut, kubu konservatif mengklaim kemenangan setelah menguasai 100 kota besar termasuk Kota Toulouse di bagian selatan, yang biasanya berada di bawah naungan Sosialis.
Di Marseille, kota terbesar kedua di negeri itu, calon petahana sayap-kanan Jean-Claude Gaudin meraih mandat keempat setelah mengalahkan pesaingnya dari kubu Sosialis, dengan mengantungi 42,6 persen suara, demikian perkiraan hasil awal.
Namun, Ibu Kota Prancis, Paris, jatuh ke tangan PS setelah calonnya Anne Hidalgo mengalahkan calon konservatif Nathalie Kosciusko-Morizet, dengan mendapat 55,5 persen suara.
(C003)
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014