Wina (ANTARA) - Badan Energi Atom Internasional atau International Atomic Energy Agency (IAEA) mengatakan para pakarnya di sekitar lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia telah melaporkan aktivitas militer yang intens selama sepekan terakhir dan tidak ada tanda-tanda aktivitas militer di daerah itu akan mereda.
"Tim mendengar ledakan yang sering terjadi, tembakan senapan mesin berat dan tembakan senapan berulang-ulang, serta artileri dalam berbagai jarak dari PLTN," kata badan pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu.
Kebakaran terjadi di sebuah menara pendingin PLTN Zaporizhzhia pada akhir pekan lalu, dengan Rusia dan Ukraina saling menuding satu sama lain bertanggung jawab atas insiden tersebut.
Kebakaran ini mengakibatkan kerusakan yang cukup parah, meskipun tidak secara langsung mengancam keselamatan nuklir, menurut IAEA.
IAEA pada Sabtu (17/8) memperingatkan bahwa situasi keamanan nuklir di PLTN Zaporizhzhia memburuk setelah serangan drone di dekatnya.
Para pakar IAEA yang ditempatkan di PLTN Zaporizhzhia segera mengunjungi lokasi terdampak yang berada dekat dengan kolam penyiram air untuk pendinginan esensial dan sekitar 100 meter dari saluran listrik Dniprovska PLTN itu, usai mendapatkan informasi tentang serangan drone pada Sabtu yang menghantam jalan di sekeliling lokasi pembangkit listrik, menurut badan tersebut dalam sebuah pernyataan.
Meski tidak ada korban jiwa atau dampak pada peralatan pembangkit listrik, ada dampak kerusakan pada jalan di antara dua gerbang utama PLTN Zaporizhzhia, bunyi pernyataan tersebut.
"Kita kembali melihat eskalasi dari bahaya keselamatan dan keamanan nuklir yang dihadapi PLTN Zaporizhzhia," kata Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi, seraya mengulangi seruannya agar semua pihak menahan diri secara maksimal.
Pewarta: Xinhua
Editor: Citro Atmoko
Copyright © ANTARA 2024