Di enam meter sudah habis karangnya, sudah jelek. Kita nggak akan nemu apa-apa karena karangnya sudah hancur."
Flores Timur, NTT (ANTARA News) - Suhu air di kedalaman Laut Flores Minggu malam (30/3) sekitar 25 derajat celsius.
Satu persatu tim ekspedisi Pemantauan Terumbu Karang untuk Evaluasi Dampak di Alor dan Flores Timur menjatuhkan diri ke dalam perairan kawasan Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Menyelam jauh ke dalam.
Hingga kedalaman beberapa meter, tidak banyak aktivitas yang mereka temukan.
Sejumlah ikan terlihat sedang tidur. Mereka memiringkan tubuh mereka di celah karang, seolah tidak ingin diganggu.
Sesekali mereka melihat udang kecil dan ikan kerapu. Lalu muncul lobster yang buru-buru pergi melihat ada gerombolan asing melewati wilayahnya.
Tim terus menyelam. Suasana di dalam pada malam hari di Laut Flores tidak semeriah yang mereka bayangkan.
Masih belum putus asa, tim terus bergerak hingga akhirnya pada kedalaman sekitar empat meter mereka menemukan penampakan ikan kakatua.
Ikan yang paruhnya mirip dengan burung kakatua itu terlihat sedang beristirahat dengan kepalanya yang besar.
Penampakan ikan kakatua berwarna itu cukup menggembirakan tim yang sejak menyelam belum melihat pemandangan yang cukup istimewa.
"Kakatua termasuk makhluk dalam air yang karismatik karena tidak mudah ditemukan, " kata salah satu penyelam, Wildlife Conservation Society Efin Muttaqin kepada Antara, Senin.
Penemuan kakatua membuat tim kembali bersemangat. Mereka terus bergerak dan tanpa diduga, tim melihat penampakan seekor penyu hijau.
Sungguh menggembirakan jika dalam penyelaman bisa melihat penyu yang area jangkauannya tidak bisa diprediksi dan sangat luas.
Penyu pun sangat memilih tempat karena preferensi habitatnya cukup banyak seperti jenis pasir atau kemiringan tertentu.
"Oleh karena itu, penyu juga termasuk makhluk karismatik," tambah Efin.
Penyu berukuran sekitar 60 cm itu tampak sedang istirahat. Mungkin, penyu tersebut dari perjalanan yang cukup jauh.
Lalu pada kedalaman lima meter, tampak silauan cahaya hijau kebiruan yang tampak indah di antara gelapnya air yang mengalun pelan.
Sinar tersebut ternyata dikeluarkan cumi-cumi yang cukup banyak di kolom air. Mereka rupanya hendak mencari makan ke permukaan air.
Kemudian tim melanjutkan penyelaman ke kedalaman enam meter. Namun, di sana tim mendapati karang yang sudah habis, rusak.
"Di enam meter sudah habis karangnya, sudah jelek. Kita nggak akan nemu apa-apa karena karangnya sudah hancur," jelas Efin yang sudah menyelam sejak tahun 2003.
Akhirnya, tim pun memutuskan untuk mengakhiri penyelaman malam itu. Mereka kembali ke Kapal Menami milik WWF Indonesia yang sedang membuang sauh.
"Penyelaman malam kemarin tidak ada yang terlalu istimewa karena kondisi di dalam sepi. Karena banyak karang yang rusak mungkin jadi tidak terlalu banyak spesies yg bisa dilihat. Yang paling istimewa hanya melihat penyu," ujar penyelam dari WWF Indonesia Tutus Wijanarko.
Penyelaman malam hari sesungguhnya untuk mengamati aktivitas makhluk air saat malam hari termasuk ikan nokturnal yang baru beraktivitas saat malam dan spesies yang jarang tampak saat siang hari.
Arus yang tenang dan lalu lalang ikan nokturnal yang tidak terlalu banyak membuat kedalaman di Laut Flores, tepatnya di perairan desa cukup sepi sekaligus mengkhawatirkan.
Hal ini disebabkan karena banyak terumbu karang di perairan Flores Timur yang mati, terbalik atau menjadi pecahan akibat aktivitas seperti pemboman, potas, atau jaring.
Tim ekspedisi yang terdiri diri perwakilan organisasi konservasi World Wide Fund for Nature (WWF), Wildlife Conservation Society (WCS) Indonesia, Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Alor dan Kabupaten Flores Timur telah menyelami perairan Flores Timur sejak Sabtu.
Sebelumnya, mereka sudah mengarungi bawah laut perairan Alor, Solor, dan Pantar sejak 13 Maret 2014.
Cukup mengagetkan, bagi tim yang mendapati kondisi terumbu karang di beberapa lokasi pengambilan sampling ternyata rusak.
Bahkan di salah satu titik sampling di perairan Desa Lama Ojan, tim tidak menemukan karang sama sekali.
Apalagi bagi tim yang sudah hampir tiga minggu menyelam hingga empat kali dalam sehari, adalah kegembiraan jika mereka disambut karang-karang warna-warni yang cantik bukan pecahan karang atau karang yang sudah mati.
Padahal perairan Flores Timur sangat cantik, berwarna kebiruan, bersih seperti kolam renang besar. Arusnya lebih tenang bila dibandingkan perairan di Alor.
Meskipun begitu, tim cukup bisa bernafas lega karena di beberapa titik ditemukan karang-karang kecil yang mulai tumbuh, artinya aktivitas pemboman diperkirakan berkurang. Ikan-ikan kecil pun sudah banyak terlihat berseliweran.
Penyelaman malam hari yang baru kali ini mereka lakukan selama ekspedisi ini pun sebagai pembunuh kebosanan.
Selain untuk mengamati tingkah laku ikan nokturnal yang beraktivitas pada malam hari serta fenomena aktivitas terumbu karang yang sedang bereproduksi.
Tim pun naik ke permukaan. Meninggalkan sisa-sisa cerita dalam perjalanan malam hari mereka di kedalaman laut flores. Semoga, laut di perairan Flores Timur terus membaik dan semakin indah.
Oleh Monalisa
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014