Semarang (ANTARA News) - Staf Pengajar Jurusan Fisika Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, DR Muhammad Nur DEA, berhasil menemukan knalpot (muffler) kendaraan bermotor yang ramah lingkungan, karena mampu mengurangi secara signifikan gas buang berbahaya."Temuan knalpot kendaraan bermotor dengan menggunakan teknologi plasma ini sudah dipatenkan, dengan perjanjian lisensi di antara Undip Semarang dengan PT Dharma Polimetal Jakarta," katanya di Semarang, Rabu.Nur mengatakan, setiap tahun PT Dharma Polimetal memproduksi sekitar tiga juta knalpot berteknologi plasma itu tidak hanya untuk sepeda motor dan mobil, tetapi bisa diterapkan ke genset dan cerobong pembuangan peralatan mesin lain.Ia mengemukakan, knalpot plasma berdasarkan pengujian yang sudah dilakukan terbukti mampu mengurangi gas buang, seperti senyawa CO2 hingga 70 persen, CO 93 persen, dan HC mencapai 70 persen, sehingga teknologi rancangannya dapat disebut sebagai knalpot anti-polusi."Dengan menggunakan knalpot plasma anti-polusi, kadar oksigen yang sangat dibutuhkan makhluk hidup dapat naik hingga 50 persen," katanya.Menurut dia, penciptaan knalpot anti-polusi sangat penting mengingat pencemaran udara yang disebabkan oleh asap kendaraan bermotor dan pabrik dari waktu ke waktu terus meningkat, sehingga berpotensi merusak kesehatan manusia dan lingkungan.Selain pencemaran udara dari gas emisi senyawa NOx, SOx, dan COx dari alat transportasi, menurut Nur, kepekatan udara yang tercemar juga dipicu gas buang dari cerobong sumber statit, seperti generator, insenerator, cerobong asap pabrik, dan cerobong dari sektor industri yang menggunakan bahan bakar batubara. Nur menyatakan, temuan teknologi ini sekaligus menjawab tuntutan Clean Development Mechanism (CDM) dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terhadap kota-kota besar di dunia yang juga menerapkan program Urban Air Quality (UAQ), yang merupakan cara untuk menerapkan berbagai standar dan peraturan emisi gas buang, baik peralatan mesin bersifat statit maupun alat transportasi."Program UAQ untuk 10 kota besar di Indonesia akan berlangsung sampai tahun 2010," demikian M. Nur. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006