Timnas ini tampil lebih dinamis, menyerang dan bertahan dengan kokoh. Semuanya ini tidak lepas dari hasil kerja keras Joachim Loew
Jakarta (ANTARA News) - Joachim Loew tidak ingin terus hanyut bersama bahtera galau ketika membawa "Nationalmannschat" mengarungi gejolak samudera sepak bola dunia, khususnya menjelang perhelatan bersakala akbar Piala Dunia 2014 di Brasil.
Loew dikritik habis-habisan ketika timnas Jerman dikalahkan Italia 1-2 di semifinal Euro 2012. Pedang media massa setempat terhunus, mereka ramai-ramai menyebut bahwa Loew tidak becus membenahi lini pertahanan.
Meskipun Loew belakangan ini disebut-sebut sebagai pelatih terbaik Jerman, media massa Jerman terus mengobarkan bara kritik dengan menunjuk kepada nestapa Mesut Oezil dan kawan-kawan.
Ketika itu, Jerman hanya bermain imbang 4-4 melawan Swedia di Berlin di babak kualifikasi, kemudian menelan kekalahan 3-4 dari Amerika Serikat dalam tur musim panas ini, kemudian mendulang imbang 3-3 di kandang melawan Ekuador pada Agustus tahun lalu.
Media massa Jerman bagaikan paduan suara bersatu padu dengan satu pakem bahwa kata-kata dan nyanyian hendaknya tidak ditulis untuk membuat orang terpesona atau terkesima. Syair ditulis dan tangga nada dilantunkan agar orang dapat "menjadi diri sendiri" dengan sejenak menanggalkan segala topeng kehidupan.
Galau kerapkali membuat orang cepat-cepat mencari hiburan sana-sini, atau mengajak teman berbicara berbagi pengalaman.
Galau seakan membuat orang berkata kepada orang lain atau sahabat dekatanya: beri aku nasehat tentang perbuatan atau percakapan macam apa yang dapat membuat diriku terhibur atau terlepas dari perasaan tidak menentu ini".
Galau semusim saja sebagaimana dirasakan dan dialami Loew dapat diatasai bila ada percakapan dengan diri sendiri mengenai apa saja yang telah diraih dan dilakukan di masa lalu.
Bukan kebetulan bila Loew senantiasa berpenampilan parlente dengan pantalon jas gelap apik dan potongan rambut pendek tertata rapi ketika berada di lapangan hijau menyertai laga timnas Jerman.
Loew murid sejati dari filosof Yunani klasik Platon. Ketika diterpa galau, pelatih yang lahir di Schoenau, Jerman Barat itu diberi kalungan bunga dari dewa Zeus. Rumusan doa di kuil keberuntungan diucapkan "ia bukan sekedar tampan sebagaimana reputasinya, tetapi elok dan baik budi bahasanya."
Sebelum menjabat sebagai pelatih timnas Jerman, Loew pernah malang melintang di sejumlah klub: VfB Stuttgart, Fenerbahce, Karlsruher SC, Adanaspor, FC Tirol Innsbruck, Austria Wien, timnas Jerman (asisten pelatih).
Ia juga meraih sejumlah penghargaan yakni DFB Pokal (1997), European Cup Winners Cup (Runner-Up) 1998, Austrian Bundesliga (2002), Austrian Super Cup (2003), UEFA European Championship (Runner-Up) 2008.
Meskipun Loew memberi sejumlah gelar selama tujuh tahun melatih timnas Jerman, antara lain juara ketiga Piala Dunia 2010 dan semifinalis 2012, tetap saja kritik dilontarkan kepada pria yang kerap disapa Jogi itu.
Jogi menorehkan sejarah di kitab sepak bola Jerman bahwa sepanjang 105 tahun perjalanan Nationalmannschaft, tidak ada pelatih timnas yang menggondol kemenangan yang lebih baik dari dirinya, dengan rata-rata capaian 69 persen. Kini, Piala Dunia 2014 di Brasil merupakan ajang pembuktian bahwa dia tidak ingin hanyut dibawa arus galau.
Loew boleh dibilang bukan siapa-siapa di kancah sepak bola Jerman ketika kali pertama diboyong oleh Juergen Klinsmann. Pada 2004, dunia sepak bola Jerman diterpa krisis, dan dua tahun kemudian Loew mampu melakukan transformasi menjadikan Die Mannschaft disegani di panggung elite sepak bola dunia.
Tidak seperti nama-nama kondang pelatih Jerman masa lampau, Loew semasa masih meniti karier sebagai pemain bukan sosok cemerlang, meski ia mencetak 81 gol bersama Freiburg. Ia relatif gagal di percaturan Bundesliga bersama Stuttgart.
Ketika ia diminta mendampingi Klinsmann sebagai asisten pelatih, Loew relatif berperan mengubah corak bermain Jerman, dari bertahan menjadi lebih menyerang. Keduanya juga memfokuskan diri kepada pembinaan pemain-pemain muda Jerman. Keduanya bahu membahu, kemudian "abrakadabra!" Jerman tampil dengan gaya sepak bola menyerang di Piala Konfederasi pada 2005.
Waktu itu, Jerman mampu melaju sampai semifinal dengan mencetak 15 gol dalam lima pertandingan. Di Piala Dunia 2006, Jerman kalah 1-2 dari Italia lewat babak perpanjangan waktu. Mata dunia sudah terbelalak lantaran sepak bola Jerman menampilkan gaya menyerang.
Setelah Klinsmann mengundurkan diri dari timnas Jerman, tongkat kepelatihan diberikan kepada Loew. Ia kemudian meramu gaya sepak bola menyerang dan pola bertahan yang kokoh di lini pertahanan.
Sentuhan Loew sedikit banyak menggerakkan roda Bundesliga. Dominasi Bayern Muenchen bersama Borussia Dortmund semakin berkibar di Liga Champions. Pemain-pemain bertalenta bermunculan seperti Thomas Mueller, Marco Reus, Mario Goetze, Mesut Oezil, dan Julian Drexler, Manuel Neuer, gelandang Bastian Schweinsteiger dan striker Miroslav Klose.
Asosiasi sepak bola Jerman (DFB) mulai menaruh keyakinan bahwa Loew orang yang tepat menangani timnas. Sesudah Euro 2012, kontraknya kemudian diperpanjang sampai 2014, dan terbuka kemungkinan sampai 2016. Semasa ditangani Loew, timnas Jerman mampu mengoleksi 36 gol dalam 10 laga.
"Sejak Piala Dunia 2006, timnas selalu finis di empat besar dunia dan kejuaraan Eropa. Timnas ini diharapkan mampu meraih prestasi tertinggi di Piala Dunia 2014 di Brasil. Timnas ini tampil lebih dinamis, menyerang dan bertahan dengan kokoh. Semuanya ini tidak lepas dari hasil kerja keras Joachim Loew," kata Presiden DFB, Wolfgang Niersbach.
Kekuatan skuad rancangan Loew terletak kepada determinasi para pemain muda yang relatif kenyang pengalaman bertanding. Ia dikenal juga sebagai sosok pelatih yang jeli meracik strategi menghadapi lawan.
Kelemahan Loew lebih kepada citra diri. Ia tidak punya sejarah riwayat hidup sebagai pelatih papan atas di Benua Biru. Ketika Jerman menghadapi Italia pada 15 November 2013, yang menandai pertandingan keseratusnya bersama timnas Jerman, persentase kemenangannya mencapai 68,32 persen. Ini capaian yang melewati manajer asal Jerman manapun.
Loew cenderung menerapkan formasi 4-2-3-1 yang selama ini menuai sukses bersama timnas Jerman, meski ia tetap membuka diri dengan pola yang baru bersesuaian dengan kondisi. Ia suka mendaulat pemain yang dipasang di posisi full-back untuk melakukan overlap membantu serangan.
Loew cemerlang ketika mengubah posisi bek kanan yang selama ini disandang oleh Bastian Schweinsteiger untuk beroperasi sebagai gelandang bertahan dianggap mendulang drama sukses di mata pengamat bola domestik dan luar negeri.
Tim besutan Loew dikaruniai pemain bertalenta, salah satunya Oezil. Ia disokong oleh Marco Reus dan Thomas Mueller sebagai pemain sayap. Pergerakan kedua pemain itu demikian eksplosif.
Selain itu, Jerman memiliki sederet gelandang serang yang kreatif dalam diri Oezil, Reus, Muller, Andre Schurlle, Julain Draxler, Marioa Goetze, Toni Kroos, Sidney Sam dan Lukas Podolski.
Hanya saja, di mata pengamat bola Gary Lineker sebagaimana dikutip dari situs BBC, Jerman masih belum seratus persen berubah benar, dalam artian lini pertahanan masih relatif lemah. Mereka kebobolan tujuh gol dalam dua laga kualifikasi ketika melawan Swedia.
Per Mertesacker bakal menorehkan 100 kali membela timnas Jerman, hanya saja kecepatannya kian hari kian menurun, terlebih ia lemah ketika mengantisipasi bola-bola lambung yang dilepaskan oleh lawan.
Loew mengandalkan Bastian Schweinsteiger sebagai otak dari timnas Jerman. Pemain ini punya kemampuan sebagai pemain sayap dan kerapkali mengambl posisi sebagai gelandang serang.
Setelah memetakan kekuatan dan kelemahan skuad asuhannya jelang Piala Dunia 2014, Loew tidak ingin lagi galau dengan kritik dari media massa Jerman. Galau cukup semusim saja.
Ketika Loew galau semusim saja, maka ada ungkapan merdu mendayu bahwa dalam pergaulan antar sahabat, segala sesuatunya bahkan semua menjadi milik bersama.
Menyaksikan timnas Jerman berlaga, ingat dan ingat bahwa memerintah diri sendiri jauh lebih baik daripada memerintah orang lain untuk melakukan sesuatu di bawah kolong langit dunia bola.
Jadilah guru yang baik bagi diri sendiri.
(T.A024)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2014