ungkapan harapan kepada negara Indonesia yang hari ini merayakan kemerdekaannya pun bergema dari penjuru dunia
Jakarta (ANTARA) - Upacara Detik-Detik Proklamasi pagi ini menjadi pengingat bahwa sudah 79 tahun Indonesia diakui sebagai anggota setara komunitas dunia dan berkontribusi bagi perdamaian dunia sebagaimana amanat Pembukaan UUD 1945.

Selain itu, Sang Saka Merah Putih untuk kali pertama berkibar di halaman Istana Negara di Ibu Kota Nusantara, salah satu mahakarya bangsa yang membuat Indonesia semakin menonjol di hadapan dunia.

Ucapan selamat dan ungkapan harapan kepada negara Indonesia yang hari ini merayakan kemerdekaannya pun bergema dari penjuru dunia. Selain para pemimpin, duta-duta mereka di negara ini turut menyampaikannya.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken, misalnya, menyampaikan harapan terbaik untuk rakyat Indonesia yang bergembira merayakan HUT Ke-79. Ia pun berharap supaya kerja sama bilateral bisa diperluas dalam berbagai isu, seperti keamanan di Indo-Pasifik, transisi energi bersih, dan transformasi digital.

Sementara, Duta Besar Rusia untuk Indonesia Sergei Tolchenov berharap supaya masa depan membawa kebahagiaan dan kesejahteraan bagi seluruh warga negara Indonesia pada  momentum HUT Ke-79 RI serta persahabatan dan saling pengertian antara masyarakat kedua negara terus kuat.

Duta Besar Turki untuk Indonesia Talip Kucukcan dalam ucapan selamatnya atas HUT Ke-79 RI pun meyakini bahwa hubungan antara kedua negara akan terus produktif dan cerah. Potensi menguatkan kerja sama dengan Indonesia pun ada di berbagai bidang, khususnya politik dan keamanan.

Perhatian dari dunia menjadi pengingat bagi bangsa Indonesia mengenai pentingnya diplomasi demi mempertahankan hubungan baik dengan negara-negara dan komunitas internasional, namun dengan tetap mempertahankan kepentingan dan inisiatif yang Indonesia perjuangkan.

 

Solidaritas Asia-Afrika

Apabila menilik sejarah ke belakang, di umurnya yang bahkan belum mencapai 10 tahun, Indonesia sudah memantik solidaritas antara rakyat Asia dan Afrika melalui Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung pada April 1955.

Dari konferensi tersebut, lahirlah Gerakan Non-Blok sebagai alternatif bagi negara-negara berkembang yang ingin terbebas dari kutub pengaruh negeri adidaya.

Hal itulah yang menjadi pendorong bagi Indonesia untuk terus memimpin dan berperan dalam mewujudkan kemakmuran bersama bagi rakyat di kawasan Asia maupun Afrika hingga saat ini. Indonesia pun akan menjadi tuan rumah Forum Indonesia-Afrika (IAF) Ke-2 di Bali pada awal September mendatang.

Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri RI Siti Nugraha Mauludiah menyatakan konferensi tersebut menjadi wahana Indonesia membantu negeri-negeri Afrika memajukan pembangunan dan ekonomi serta mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030 dan Tujuan Pembangunan Afrika 2063.

Selain menargetkan kehadiran wakil dari 28 negara besar Afrika yang mewakili setengah lebih populasi kontinen itu, Indonesia turut menargetkan tercapainya kesepakatan bisnis dengan nilai transaksi konkret sebesar 3,5 miliar dolar AS (Rp56,07 triliun) antara berbagai industri RI dan Afrika.

Inisiatif tersebut disambut baik oleh negara-negara Afrika, seperti yang ditunjukkan oleh Mozambik melalui Duta Besarnya untuk Indonesia, Belmiro Jose Malate. Ia mengharapkan supaya IAF Ke-2 nanti dapat menciptakan mekanisme yang dapat mendorong penguatan kerja sama antara Indonesia dengan negara-negara Afrika.

Melalui forum tersebut, ia yakin Mozambik bisa mencapai kesepakatan kerja sama dengan Indonesia dan menemukan cara untuk menjalankan maupun mendanai program-program yang ingin dicapai antara kedua negara.

IAF 2024 juga memberi kesempatan bagi sektor swasta Mozambik untuk menjalin kerja sama lebih luas dengan negara lain guna meningkatkan perekonomian nasional.

"Karena tanggung jawab pembangunan negara tidak hanya diemban pemerintah, tetapi juga seluruh masyarakat," kata Jose Malate.

 

Solidaritas Palestina

Selain itu, dukungan bagi kemerdekaan Palestina tak pernah luput dari bibir Indonesia yang terus menyala di hadapan pemimpin dunia. Tekad bangsa Indonesia untuk mengenyahkan penjajahan Israel atas negeri Palestina pun tercermin dalam diplomasi RI.

Posisi tersebut sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 yang jelas menyebut bahwa “penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.”

Dengan demikian, solidaritas Palestina menjadi salah satu pesan inti yang selalu disampaikan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam berbagai agenda internasional. Retno telah menunjukkan hal tersebut dalam Pertemuan Ke-57 Menteri Luar Negeri se-ASEAN (AMM Ke-57) di Laos, Juli lalu.

Baik dalam sesi utama, retreat, ataupun dalam sesi pertemuan dengan mitra wicara ASEAN, Retno tak lupa terus mengingatkan rekan dialognya akan pentingnya membela hak rakyat Palestina dengan mendorong gencatan senjata segera dan pengakuan atas negara itu.

Wakil Menteri Luar Negeri Pahala Mansury turut menegaskan bahwa Indonesia terus berkomitmen memperjuangkan kepentingan Palestina dalam kesempatan apapun, bahkan termasuk dalam agenda IAF Ke-2 September nanti.

Pendirian teguh Indonesia dalam membela Palestina dalam berbagai kesempatan tersebut membuat Duta Besar Palestina untuk Indonesia Zuhair Al-Shun amat yakin Indonesia, meski di bawah pemerintahan baru, akan terus mendukung perjuangan rakyat Palestina untuk memperoleh kemerdekaannya

Karena itulah, ucapnya, Palestina turut berbahagia dan bersolidaritas dengan rakyat Indonesia dan para pemimpinnya yang merayakan HUT Ke-79 RI.

"Hari Ulang Tahun Ke-79 Kemerdekaan RI tak cuma istimewa bagi segenap rakyat Indonesia tentunya, tapi juga istimewa bagi kami, rakyat Palestina," demikian Al-Shun.

Inisiatif dan komitmen Indonesia di tingkat dunia telah membuat negara ini semakin diperhitungkan oleh komunitas internasional. Kian banyak negara menaruh harapan terhadap Indonesia yang mereka anggap dapat membantu mereka meraih tujuan nasionalnya.

Dengan demikian, Indonesia tak boleh lalai dalam menjaga kepentingan dan misi nasionalnya di kancah dunia sembari menjalankan kewajiban bernegara demi mewujudkan kemakmuran dan keselamatan bangsa.

Apalagi, perjalanan bangsa Indonesia di masa kini maupun nanti takkan luput dari gejolak dan ketidakpastian global akibat ketegangan geopolitik, krisis pangan dan energi, serta gejolak ekonomi global yang berdampak terhadap kehidupan rakyat.

Editor: Achmad Zaenal M
 

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024