Banyumas (ANTARA) - Pemeriksaan kesehatan "anak kos" (sebutan bagi pekerja seks komersial yang indekos di Gang Sadar, red.) mewarnai peringatan Hari Ulang Tahun Ke-79 Republik Indonesia yang diselenggarakan Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) di Baturraden, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Selain pemeriksaan kesehatan, kegiatan yang digelar di salah satu warung makan di tepi Jalan Raya Baturraden, Banyumas, Sabtu, itu juga diisi dengan dialog antara Rektor UMP Jebul Suroso dan belasan "anak kos".

Ditemui setelah kegiatan, Rektor mengatakan momentum peringatan HUT Kemerdekaan RI sebenarnya diharapkan dapat dinikmati oleh seluruh komponen bangsa.

"Kita tahu problem anak bangsa di kemiskinan, kemudian tadi fakta di belakang kita, yang kita temui, banyak wanita pekerja seksual. Kita melihat, kita datangi mereka untuk sekadar ngobrol dan bergembira dengan mereka serta kita bagikan sembako," katanya.

Ia mengharapkan semangat yang digelorakan dalam kegiatan tersebut dapat menggugah para "anak kos" itu dan secara spiritual ada harapan untuk lebih baik.

Selain itu, kata dia, kegiatan bakti sosial berupa pemeriksaan kesehatan juga diharapkan membuat para "anak kos" termotivasi untuk selalu sehat.

Lebih lanjut, dia mengatakan dalam kegiatan tersebut pihaknya juga menawarkan pendidikan bagi "anak kos" yang lulusan sekolah menengah atas.

"Setidaknya menggugah kepada mereka yang mungkin punya anak, kemudian punya keturunan yang lebih baik dari mereka, dan itu bisa diwujudkan dengan pendidikan," katanya.

Bahkan, kata Rektor, tidak menutup kemungkinan jika "anak kos" tersebut memiliki anak yang telah lulus SMA dapat difasilitasi kuliah dengan pembiayaan tertentu dari perguruan tinggi itu.
 
Rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) Jebul Suroso (kaos putih) berdialog dengan "anak kos" pada kegiatan bakti sosial kesehatan dalam rangka memperingati HUT Ke-79 Republik Indonesia di Baturraden, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Sabtu (17/8/2024). ANTARA/Sumarwoto



Salah seorang pendamping "anak kos", Darkim Yoye, mengakui jika saat ini jumlah PSK yang bekerja bebas tanpa indekos (freelance) lebih banyak dibandingkan dengan yang indekos di Gang Sadar.

"Kalau untuk gang (Gang Sadar, red.) pada tahun 2012 itu sampai 250 orang. Alhamdulillah berkat kita, saya sebagai pendampingnya, didampingi LPPSLH (Lembaga Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya dan Lingkungan Hidup), kita menekankan pemahaman risikonya," katanya.

Setelah memahami berbagai risiko atas pekerjaan yang dijalaninya, kata dia, jumlah "anak kos" di Gang Sadar lambat laun menurun dan saat ini hanya tersisa sekitar 30 orang.

Sebagai warga Desa Karangmangu, Kecamatan Baturraden, dia mengaku terpanggil untuk menjadi pendamping pengendalian HIV/AIDS bagi para "anak kos" karena orang lain banyak yang kurang peduli terhadap mereka.

"Saya sebulan sekali memanggil tim medis untuk melakukan pemeriksaan kesehatan bagi mereka," katanya.

Selain terhadap "anak kos", dia juga mendampingi PSK yang tidak indekos di Gang Sadar yang saat ini berjumlah sekitar 100 orang karena mereka pun membutuhkan pendampingan.

Menurut dia, hadirnya PSK yang tidak indekos tersebut disebabkan kemunculan tempat-tempat karaoke yang kurang mematuhi tata tertib seperti di Terminal Baturraden.

"Dari sisi lain juga mengganggu lingkungan vila-vila tempat singgah," kata Darkim.

Baca juga: Puluhan anak Indonesia ikuti lomba peringatan HUT RI di Penang

Baca juga: 1.200 orang ikuti peringatan kemerdekaan RI di Belanda

Pewarta: Sumarwoto
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024