Jakarta (ANTARA News) - Setelah membuat puisi berjudul "Air Mata Buaya", Wakil Ketua Umum Partai Gerindra kembali membuat sebuah puisi.
Kali ini puisi Fadli Zon yang disebarkan, Sabtu, berjudul "Sajak Seekor Ikan".
Puisi ini bercerita tentang seseorang yang membeli ikan merah kerempeng dari tetangganya.
Namun, ikan itu lincah dan menarik perhatian banyak orang.
Akhirnya ikan itu keluar dari akuarium dan terbawa ke laut lepas.
Selanjutnya ikan itu menjadi santapan penguasa samudra
Sebelumnya, puisi "Air Mata Buaya" dianggap menyindir pihak lain.
Puisi ini antara lain bercerita orang yang bicara kesederhanaan sambil shopping di Singapura.
Selain itu juga mereka yang bicara nasionalisme sambil jual aset negara.
Beberapa anggota PDI Perjuangan menanggapi puisi ini.
Ketika ditanya untuk siapakah "Sajak Seekor Ikan" ditujukan? Fadli hanya menjawab, "Hehehe".
"Sajak Seekor Ikan"
Seekor ikan di akuariumKubeli dari tetangga sebelah
Warnanya merahKerempeng dan lincah
Setiap hari berenang menari
Menyusuri taman air yang asri
Menggoda dari balik kaca
Menarik perhatian siapa saja
Seekor ikan di akuarium
Melompat ke sungaibergumul di air deras
Terbawa ke laut lepas
Di sana ia bertemu ikan hiu, paus dan gurita
Menjadi santapan ringan penguasa samudera
Fadli Zon, 29 Maret 2014.
"Airmata Buaya"
Kau bicara kejujuran sambil berdusta
Kau bicara kesederhanaan sambil shopping di Singapura
Kau bicara nasionalisme sambil jual aset negara
Kau bicara kedamaian sambil memupuk dendam
Kau bicara antikorupsi sambil menjarah setiap celah
Kau bicara persatuan sambil memecah belah
Kau bicara demokrasi ternyata untuk kepentingan pribadi
Kau bicara kemiskinan di tengah harta bergelimpangan
Kau bicara nasib rakyat sambil pura-pura menderita
Kau bicara pengkhianatan sambil berbuat yang sama
Kau bicara seolah dari hati sambil menitikkan air mata
Air mata buaya
Fadli Zon, 26 Maret 2014
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014
Ketika kulihat mereka berebut kekuasaan aku isoh kritik,,,
dan ketika kulihat seorang pejabat populer aku jg isoh kritik,,,
bahkan akupun bisa mengkritik orang yang lebih populer dari pada pemimpinku,,,,,,
tetapi aku hanya bisa mengkritik melelui puisi,,,,,
dan akupun tidak lebih hebat dari pada orang yang ku kritik,,,,,,,
SHOLATULLAH SALAMULLAH
ALA THOHA ROSULILLAH
SHOLATULLAH SALAMULLAH
ALA YASIN HABIBILLAH
ORA ISO OPO OPO..............ORA POPO
ORA DADI PRESIDEN...........ORA POPO
KOWE NGINO.......................ORA POPO
ASWAJA SOLO NENG MBURIKU
SHOLATULLAH SALAMULLAH
ALA THOHA ROSULILLAH
SHHOLATULLAH SALAMULLAH
ALA YASIN HABIBILLAH
ORA ISO OPO OPO..............ORA POPO
ORA DADI PRESIDEN...........ORA POPO
KOWE NGINO.......................ORA POPO
SHALAWATAN JALAN TERUS
Sayang nya para pemimpin hbat kini masih saja ter lalau beramisi mau berkuasa ut diri sendiri dnanehnya suka sendir - menyidir!