Capaian ini juga mendapatkan apresiasi pemerintah mengingat blok migas ini dalam sejarah perminyakan Indonesia
Jakarta (ANTARA) - PT Pertamina (Persero) terus berupaya melakukan transformasi organisasi sebagai bentuk komitmen mendukung kemandirian energi untuk Indonesia maju, salah satunya dengan berhasil mengambil alih operasional Blok Rokan.
Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso mengatakan bahwa dalam lima tahun terakhir, Pertamina berhasil mengambil alih operasional Blok Rokan yang merupakan minyak dan gas Bumi (Migas) strategis dan menjadi tulang punggung hulu migas Indonesia.
"Capaian ini juga mendapatkan apresiasi pemerintah mengingat blok migas ini dalam sejarah perminyakan Indonesia, 97 tahun dikelola perusahaan asing," kata Fadjar dalam keterangan di Jakarta, Jumat.
Pada saat yang sama, ujar Fadjar, Pertamina juga telah berhasil melakukan revitalisasi dan modernisasi kilang yang berperan penting dalam menjaga stok BBM nasional.
Ia mengatakan Pertamina telah berhasil mengelola wilayah kerja (WK) Rokan, yang merupakan blok migas strategis yang kini menyumbang sekitar 25 persen produksi nasional.
“Pertamina berhasil meningkatkan produksi di wilayah kerja Rokan pasca alih kelola. Ini membuktikan bahwa Pertamina mampu bersaing untuk bisa tingkatkan produksi,” ujar Fadjar.
Fadjar menambahkan, wilayah kerja Rokan merupakan migas paling produktif sepanjang sejarah perminyakan Indonesia yang memiliki lebih dari 12 ribu sumur, 13.200 km jaringan pipa dan 35 stasiun pengumpul.
Lebih dari 11 miliar barel minyak mentah telah diproduksi dari wilayah Rokan dari sejumlah lapangan-lapangan besar, diantaranya Minas, Duri, Bangko, Bekasap, Balam South, Kotabatak, Petani, Pematang, Petapahan dan Pager.
“WK Rokan saat ini dikelola PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) yang telah berhasil menjalankan program pengeboran yang masif dan agresif sehingga bisa menahan laju penurunan alamiah serta sekaligus meningkatkan produksi migas,” terang Fadjar.
Menurut Fadjar, produksi minyak WK Rokan saat alih kelola tercatat 158,7 MBOPD dan kini meningkat menjadi 167.270 barel setara minyak per hari (BOEPD).
Satu tahun pasca alih kelola, Pertamina melalui PHR berhasil melakukan 370 pengeboran atau lebih dari tiga kali lipat dari sebelumnya, yaitu 105 pengeboran sumur dengan eksekusi 15.000 kegiatan Work Over (WO) dan Well Intervention Well Services (WIWS) yang menyerap 60 persen Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk menggerakkan perekonomian nasional.
PHR WK Rokan mencatatkan lifting migas hingga akhir 2023 sekitar 59 juta barel. Pencapaian ini merupakan sebuah peningkatan signifikan dari tahun sebelumnya yakni di posisi 57,3 juta barel.
Pada tahun 2024 PHR terus meningkatkan produksi migas dengan melakukan pengeboran yang terintegrasi untuk menghadirkan sumur minyak yang berkualitas, efisien, andal dan selamat. Sebanyak 570-an sumur akan ditajak guna menambah cadangan minyak nasional di WK Rokan.
Selain itu, Pertamina menjalankan transformasi digital di PHR yang berkontribusi pada peningkatan produksi dan keandalan operasi. Penerapan teknologi AI-Based Inferred Production (ABI-PRO) mampu memantau kinerja pompa di setiap sumur.
Pertamina juga menerapkan Artificial Intelligence pada fasilitas bawah permukaan (subsurface) seperti Advance Dyno Card Self Supervised Learning (SSL Saurus) yang dapat mengidentifikasi penurunan operasi di bawah permukaan.
Keseluruhan inovasi teknologi digital di Blok Rokan ini bisa dipantau secara real time di ruang kendali operasional dan big data Digital & Innovation Center (DICE).
Di sektor pengolahan, dalam lima tahun terakhir Pertamina telah berhasil menjalankan sembila proyek srategis revitalisasi dan modernisasi kilang.
Proyek yang dijalankan antara lain PLBC Langit Biru Cilacap, Revamping TPPI OSBL, Green Refinery Cicalap, RDMP Balongan, RCC Balongan, Ultra Low Sulphur Diesel, Upgrading Dumai, Pipa Senipah Balikpapan dan Revamping TPPI ISBL.
Volume intake kilang Pertamina saat ini mencapai 341 juta barel yang merupakan tertinggi sejak Subholding Pertamina terbentuk.
”Pertamina sebentar lagi juga akan mengoperasikan kilang terbesar di Indonesia yakni RDMP Balikpapan dengan kapasitas 360 ribu barel. RDMP Balikpapan akan menjadi kilang modern ramah lingkungan karena dapat menurunkan emisi karbon dari efisiensi energi operasi serta produk yang akan dihasilkannya," ucap Fadjar.
Kilang Balikpapan, lanjut Fadjar, bisa memproses hampir semua jenis crude dengan proses lebih canggih, sehingga bisa mencari crude lebih efisien dan murah. Kualitas produk yang dihasilkan Kilang Balikpapan juga meningkat dari euro 2 menjadi standar euro 5.
"Proyek RDMP Balikpapan sejalan dengan peta jalan transisi energi Indonesia karena dapat menurunkan emisi gas buang yang signifikan dari efisiensi energi untuk operasi dan produk yang dihasilkan," kata Fadjar.
Baca juga: Pertamina Patra Niaga gandeng SKK Migas dukung kemandirian energi
Baca juga: Pertamina Patra Niaga salurkan BBM Labuan Bajo lewat distribusi khusus
Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2024