Flores Timur (ANTARA News) - Tim ekspedisi Pemantauan Terumbu Karang untuk Evaluasi Dampak di Alor dan Flores Timur menemukan kerusakan karang saat melakukan pengamatan terumbu karang dan populasi ikan di perairan Desa Lato, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Sabtu.
Tim menyelam hingga delapan meter selama sekitar satu jam mulai pukul 07.00 WITA untuk mengamati dan mengambil sampel terumbu karang dan populasi ikan di dua lokasi di Desa Lato, lokasi pengambilan sampel terjauh dalam ekspedisi di perairan Flores Timur.
"Wilayah ini sudah masuk pencadangan kawasan konservasi perairan daerah sejak bulan Maret 2013. Dari pemantauan, kami menemukan karang yang hancur. Saya juga kaget ternyata parah banget," kata pemantau keragaman hayati (Biodiversity Monitoring Officer) Aditano Y. Ratawimbi di Kapal Menami usai melakukan ekspedisi di perairan Desa Ile Padung.
Berdasarkan pengamatan visual tim, lanjut Aditano, jenis karang di perairan Desa Lato didominasi karang mati dan pecahan karang.
"Tetapi ada juga karang-karang kecil yang baru tumbuh (rekrutmen karang). Mungkin sudah tidak ada pemboman lagi," ujar Aditano.
Koordinator Lapangan Pemantauan Terumbu Karang untuk Evaluasi Dampak di Alor dan Flores Timur Nara Wisesa menjelaskan kerusakan karang terjadi akibat penggunaan bom ikan atau potas, racun yang mengandung kalium sianida.
"Potas justru lebih berbahaya karena kalau pemboman hanya hancur di lokasi tersebut tetapi kalau potas kerusakan karang lebih luas karena racunnya bisa terbawa arus," jelas Nara.
Nara menambahkan dalam ekspedisi kali ini tim juga menemukan ikan predator dan ikan-ikan kecil.
"Komunitas ikan banyak. Hanya terumbu karangnya yang rusak akibat pengeboman tapi sudah mulai tumbuh. Mudah-mudahan dua tahun lagi kita survei ke sini sudah ada perbaikan," kata Nara.
"Di sini perairannya termasuk bagus, banyak alga sehingga warna airnya kehijauan. Tadi seperti menyelam di kolam. Ikannya juga banyak jika dibandingkan di Alor tapi sayangnya hanya kondisi karang yang rusak," tambahnya.
Sebelumnya Tim Ekspedisi Pemantauan Terumbu Karang untuk Evaluasi Dampak di Alor dan Flores Timur melakukan ekspedisi di 28 lokasi atau 56 titik sampling di perairan sekitar Kabupaten Alor dan Pantar, serta dua lokasi di Flores Timur dan empat lokasi di Solor.
Tim gabungan dari organisasi konservasi World Wide Fund for Nature (WWF), Wildlife Conservation Society (WCS) Indonesia, Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Alor dan Kabupaten Flores Timur melakukan ekspedisi sejak 13 Maret lalu.
Tim itu mengumpulkan data populasi ikan dan tutupan karang di perairan sekitar Pulau Alor, Solor, Pantar, Adonara, dan Flores Timur hingga 2 April 2014.
Ekspedisi menyisakan 10 lokasi di perairan wilayah Flores Timur dan Adonara. Pada Sabtu ini, tim melakukan ekspedisi di empat lokasi.
Pewarta: Monalisa
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014