Ketua Pusat Pengkajian Islam Universitas Nasional Fachruddin M. Mangunjaya yang hadir sebagai narasumber mengawali paparannya mengenai tiga krisis di planet bumi yakni perubahan iklim, kepunahan keanekaragaman hayati, dan polusi.
"Serangga berperan penting untuk penyerbuk, mengawinkan benang sari dan putik. Kepunahan serangga berdampak pada hasil buah menurun," kata Fachruddin.
Fachruddin mengatakan agama perlu hadir dalam ikut menjaga pelestarian lingkungan. Ia menjelaskan bahwa agama merupakan garda moral. Pencegahan krisis lingkungan bertumpu pada bagaimana perubahan perilaku dapat dilakukan.
"Al Quran mengajarkan agar kita tidak merusak setelah Allah memperbaikinya. Banyak ayat yang mengimbau manusia untuk menjaga lingkungan dan itu selalu dibuka dengan keagungan Tuhan," kata dia.
Baca juga: Majelis Hukama kembali berpartisipasi dalam Islamic Book Fair 2024
Menurut dia, ada empat hal yang dapat mengubah perilaku manusia. Pertama, agama karena mengajarkan kebaikan, tidak mubazir, dan saling berbagi.
"Agama juga mengatakan segala yang ada di bumi diciptakan Tuhan, itu ajaran agama. Oleh karena itu, perlu mainstreaming pelajaran agama yang terkait lingkungan. Ini perlu masuk dalam kurikulum," kata dia.
Faktor kedua yang dapat mengubah perilaku manusia adalah pendidikan. Di kampus Universitas Nasional, ada Mata Kuliah Konservasi Alam dan Lingkungan. Mata kuliah ini bisa diikuti mahasiswa lintas fakultas.
"Mata kuliah ini mengkaji bagaimana mempertahankan keberlanjutan pembangunan. Ekonomi tidak akan berputar kalau lingkungan rusak, tidak ada air dan lainnya," kata dia.
Faktor ketiga, penegakan hukum. Orang tidak berubah jika hukumnya tidak ditegakkan. Keempat, pasar. "Botol plastik kalau ada pasarnya, maka akan dipungut. Kalau tidak ada market, tidak ada perubahan. Sebab, tidak ada sirkular ekonomi," kata dia.
Baca juga: MHM: Konferensi Agama-Perubahan Iklim untuk bangun kesadaran bersama
Direktur MHM Cabang Indonesia Muchlis M. Hanafi menjelaskan bahwa sebagai umat beragama, setiap orang punya tanggung jawab keagamaan. Agama memerintahkan umatnya untuk menjaga kelestarian lingkungan.
"Menjaga kelestarian lingkungan adalah kebutuhan hidup sekaligus kewajiban agama. Pada titik ini kita bertemu dengan pemeluk agama-agama lain," kata dia.
MHM, kata Muchlis, dalam beberapa tahun terakhir memberi perhatian tinggi terhadap isu perubahan iklim. Tahun 2023 ada tiga agenda besar MHM yang menggalang kekuatan semua agama untuk memperhatikan lingkungan
Pada 22 Oktober 2023, MHM menggelar Konferensi Asia Tenggara tentang Agama dan Perubahan Iklim, di Jakarta. Acara ini dihadiri tokoh lintas agama.
Selang sebulan, pada November 2023, MHM menggelar pertemuan tokoh agama dunia di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Selanjutnya, pada COP 28 di Dubai, MHM membuka Paviliun Iman yang menjadi wadah tokoh lintas iman untuk berpartisipasi dalam mengurangi dampak perubahan iklim.
Baca juga: Majelis Hukama ikut pamerkan buku toleransi di Islamic Book Fair
"Pada COP29, MHM juga akan kembali menghadirkan Paviliun Iman untuk membangun kesadaran umat beragama akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan," kata dia.
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024