Yogyakarta (ANTARA News) - Pendakian ke puncak Gunung Merapi (2.965 mdpl) sudah diperbolehkan setelah status aktivitas gunung itu turun dari 'siaga' menjadi 'waspada', meskipun hanya di kawasan tertentu, karena beberapa titik lokasi seperti bekas reruntuhan puncak Garuda tetap dilarang didekati. "Di kawasan puncak dipasang semacam pembatas berupa bentangan 'pita larangan' agar para pendaki tidak memasuki kawasan terlarang, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan," kata Panut, petugas Pos Pengamatan Gunung Merapi di Kaliurang, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Rabu. Kata dia, pendakian ke puncak gunung ini mulai ramai setelah tidak ada lagi larangan pendakian, tetapi para pendaki diimbau tetap berhati-hati selama berada di puncak. Gunungapi di perbatasan wilayah Jawa Tengah dan DIY ini, dalam kondisi aktivitas vulkaniknya normal banyak didaki kalangan umum, khususnya para pecinta alam dan wisatawan, termasuk wisatawan asing. Seperti yang dilakukan Christian Awuy, penggiat wisata Merapi melalui aktivitas 'trekking' (jelajah alam) dan pendakian, selama ini pihaknya 'menjual' paket-paket wisata jelajah alam kawasan gunung itu dan pendakian ke puncaknya. Christian juga memiliki tempat penginapan di kaki Merapi yang dikelola khusus bagi wisatawan yang akan melakukan `trekking` dan pendakian ke puncak gunung ini. Merapi yang termasuk gunungapi paling aktif di dunia itu, sejak April hingga Juli lalu aktivitas vulkaniknya meningkat dengan masa erupsi cukup lama. Selama masa erupsi ini sempat menimbulkan bencana awan panas yang memporak-porandakan kawasan selatan kaki gunung tersebut. Kawasan wisata dan bumi perkemahan Kaliadem di selatan Merapi yang hanya berjarak sekitar enam kilometer dari puncak gunung, diterjang awan panas dan kini tempat itu dipenuhi endapan material vulkanik berupa pasir dan batu. (*)
Copyright © ANTARA 2006