Yogyakarta (ANTARA) - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menekankan agar peringatan HUT Kemerdekaan ke-79 RI tidak sekadar dirayakan dengan kegembiraan yang bersifat lahiriah, apalagi berubah menjadi pesta pora.
"Kegembiraan mesti disertai penghayatan akan makna merdeka dan nilai-nilai dasar yang menjadi nyawa Indonesia," kata Haedar Nashir dalam keterangan tertulis yang diterima di Yogyakarta, Jumat.
Haedar mengajak segenap bangsa Indonesia merayakan HUT Kemerdekaan ke-79 dengan menghayati dan mempraktikkan nilai-nilai dasar yang menjadi nyawa Negara Republik Indonesia.
"Bangunlah jiwa Indonesia agar lahir Indonesia Raya yang bernyawa," tutur Haedar.
Indonesia yang bernyawa, menurut Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ini, memiliki makna benar-benar merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur sebagai tujuan dan cita-cita nasional yang digoreskan para pendiri negara.
Rakyat Indonesia, tutur Haedar, menderita ratusan tahun akibat kezaliman penjajah yang menikmati bumi dan kekayaan negeri ini.
Di antara pejuang bangsa itu bahkan banyak yang tidak berpredikat Pahlawan Nasional, bahkan gugur tanpa nama.
"Karenanya, jangan biarkan Indonesia saat ini nestapa apalagi mati suri karena raganya terlepas dari jiwanya. Korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, politik uang, politik transaksional, politik dinasti, utang negara, salah urus dan penyimpangan dalam pengelolaan sumber daya alam wujud dari penghianatan atas jiwa kemerdekaan Indonesia," ujar Haedar.
Haedar juga menegaskan bahwa kemerosotan moral, etika, dan segala tindakan buruk dalam berbangsa-bernegara merupakan bentuk perusakan jiwa Indonesia.
"Kunci Indonesia Raya agar tetap bernyawa dan tidak salah arah dalam memperjuangkannya berada di pundak para pemimpin bangsa," kata Haedar.
Karena itu, dia berpesan agar para pemimpin Indonesia memiliki jiwa, pikiran, sikap, dan tindakan yang sejalan dengan Pancasila, agama, kebudayaan, dan sejarah Indonesia nan sarat makna.
Menurut dia, mereka harus menjadi sosok negarawan yang mampu mengedepankan kepentingan Indonesia di atas kepentingan diri, kroni, dinasti, dan golongan sendiri.
"Para pemimpin Indonesia harus sudah selesai dengan dirinya, dengan mengutamakan sikap memberi dan bukan meminta apalagi mencuri dari Indonesia," kata dia.
Indonesia, lanjut Haedar, jangan sampai kehilangan nyawa karena warga dan elite bangsanya bertindak sekehendaknya dengan berburu kuasa, tahta, dan gemerlap dunia.
"Para pemimpin Indonesia termasuk para ilmuwannya, niscaya menjadi penjaga integritas kenegarawan berbasis nilai-nilai luhur Pancasila, agama, dan kebudayaan bangsa," kata Haedar.
Dia berharap Pancasila dapat dipraktikkan dalam kehidupan politik, ekonomi, pendidikan, sosial budaya, dan kebijakan-kebijakan publik secara nyata.
Kekuasaan dalam pemerintahan negara di eksekutif, legislatif, yudikatif, dan lembaga-lembaga bentukan pemerintahan lainnya, menurut dia, harus berdiri tegak di atas nilai dasar Pancasila dan konstitusi Indonesia.
"Agama dan kebudayaan menjadi nilai luhur yang membentuk dasar moral dan etika berindonesia," kata dia.
Dalam refleksi itu, Haedar juga berpesan kepada para elite untuk menjaga kebenaran, moral, etika, pengetahuan, dan kemajuan bangsa seraya konsisten mengutamakan kepentingan negara dan bangsa dengan berkorban sepenuh jiwa-raga.
Para elite negeri, diharapkan Haedar tidak sibuk membangun legasi dan kepentingan diri yang merusak nilai-nilai luhur dan membebani masa depan Indonesia.
"Jadilah elite dan warga penyebar kebaikan berbasis iman dan taqwa agar Tuhan memberkahi Indonesia. Keberhasilan Indonesia di bidang ekonomi, politik, dan kemajuan fisik sedigdaya apapun tidak akan bertahan lama jika negara dan bangsa kehilangan nilai-nilai luhur nan utama. Menjadi Indonesia tanpa nyawa!," tutur Haedar.
Baca juga: Jakpus rayakan HUT ke-79 RI dengan kerja bakti di Lapangan Banteng
Baca juga: Pemkot Palu siapkan lima ton beras pada pasar murah peringati HUT RI
Baca juga: PLN hadirkan listrik hijau pada peringatan HUT ke-79 RI di IKN
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2024