PBB, Amerika Serikat (ANTARA News) - Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Kamis mengeluarkan kecaman terhadap Korea Utara atas tindakan terbarunya meluncurkan uji coba peluru kendali balistik.
Dewan Keamanan (DK-PBB) juga sepakat akan segera membahas tindakan yang perlu dikeluarkan, demikian dikatakan presiden bergilir DK-PBB.
"Para anggota Dewan Keamanan mengecam peluncuran tersebut sebagai pelanggaran terhadap resolusi-resolusi Dewan Keamanan," kata duta besar Luksemburg Sylvie Lucas kepada para wartawan, seperti dilaporkan AFP.
Ia memberikan pernyataan setelah berlangsungnya sidang tertutup selama kurang dari satu jam.
Ketika menjawab pertanyaan, Lucas mengatakan para anggota Dewan sepakat bahwa tindakan "harus dikeluarkan dengan segera."
Sidang DK-PBB, yang juga diisi dengan penyampaian laporan dari wakil sekretaris jenderal PBB untuk bidang politik, Jeffrey Feltman, diadakan atas permintaan Amerika Serikat.
Pyongyang melancarkan serangkaian peluncuran roket dan peluru kendali jarak pendek dalam beberapa minggu terakhir ini hingga menyulut kecaman dari Seoul dan Washington.
Pada Rabu, Korut menguji coba dengan menembakkan peluru kendali balistik jarak menengah yang mampu menghantam Jepang.
Aksi itu dilakukan sebagai tanggapan terhadap langkah Presiden AS Barack Obama yang menggelar pertemuan tingkat tinggi antara Jepang dan Korea Selatan di Den Haag.
Uji coba peluru kendali adalah aksi yang bertentangan dengan resolusi-resolusi PBB, yang melarang Pyongyang melakukan kegiatan nuklir atau balistik apapun.
Sejumlah diplomat mengatakan Amerika Serikat mendesak DK-PBB untuk mengecam uji coba peluru kendali itu dan meminta agar tindakan keras segera dikeluarkan.
Sekutu-sekutu dekat AS, yaitu Inggris dan Prancis, juga menuntut Dewan untuk bertindak dan mengirimkan peringatan yang jelas kepada Korea Utara.
Namun Tiongkok, yang merupakan sekutu Korea Utara, bersikap hati-hati, dengan mengatakan bahwa tindakan yang dikeluarkan harus sesuai dengan aksi yang dilakukan Pyongyang.
Bagi Tiongkok, prioritas yang harus didahulukan adalah memulai kembali perundingan antara dua Korea, Tiongkok, Jepang, Rusia dan Amerika Serikat, yang terputus pada akhir 2008.
Perundingan itu dilakukan dalam upaya menghentikan program nuklir Korea Utara sebagai imbalan atas bantuan ekonomi.
Duta Besar Korea Selatan untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, Oh Joon, mengatakan Korea Utara harus mendapat peringatan yang jelas.
"Dari sudut pandangan Korea Selatan, kami ingin Korea Utara menghentikan aksi-aksi provokatifnya sesegera mungkin serta berhenti melancarkan fitnah dan kembali berdialog dengan kami," katanya kepada para wartawan.
Sebelumnya pada Kamis, kapal angkatan laut Korea Selatan mengeluarkan tembakan peringatan dan menangkap sebuah kapal ikan Korea Utara, yang menerobos perbatasan Laut Kuning yang disengketakan, kata para pejabat.
Aksi penerobosan oleh kapal penangkap ikan Korut hari Kamis terjadi setelah hampir 15.000 pasukan Korea Selatan dan AS memulai latihan landas amfibi mereka yang berlangsung 12 hari --terbesar dalam dua dekade terakhir ini.
Latihan militer bersama itu dilakukan di perairan tenggara Korsel, akan berlangsung hingga 7 April dengan melibatkan sekira 10.000 personel pasukan AS.
Korea Utara melihat latihan-latihan bersama itu sebagai ancang-ancang untuk melakukan serangan.
Korut juga menganggap latihan militer bersama AS-Korut akan makin mengobarkan suhu ketegangan militer yang sebelumnya sudah mendidih.
(T008)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014