Moskow (ANTARA) - Aktivis mahasiswa di Bangladesh menghalangi upaya pendukung pemerintah terguling mantan Perdana Menteri Sheikh Hasina memperingati Hari Berkabung Nasional mengenang pembunuhan pendiri dan presiden pertama Bangladesh, ayah Hasina, Bangabandhu Sheikh Mujibur Rahman.

Menurut surat kabar The Daily Star, pada Kamis pagi, mahasiswa yang bersenjatakan tongkat, dengan dukungan detasemen militer, berkumpul di ibu kota Bangladesh, Dhaka.

Mereka berkumpul di sekitar kediaman Rahman dan sebagian besar keluarganya yang dibunuh pada 15 Agustus 1975.

Mereka berkumpul untuk mencegah pendukung partai Liga Awami yang sebelumnya berkuasa, yang mengorganisir pawai di kota itu untuk mengenang ayah Hasina itu, memasuki tempat tersebut, kata laporan surat kabar tersebut.

Banyak penduduk ibu kota Bangladesh itu bergabung dengan mahasiswa. Mereka memeriksa dokumen pejalan kaki di jalan-jalan sekitar kediaman Rahman untuk memastikan apakah mereka pendukung Liga Awami.

Baca juga: Mantan PM Bangladesh hadapi kasus kejahatan terhadap kemanusiaan

Surat kabar itu melaporkan bahwa mahasiswa telah menahan beberapa orang dan menyerahkannya kepada militer.

Sejumlah orang yang diduga simpatisan pemerintah Hasina sebelumnya dihentikan dan dipukuli dalam perjalanan menuju kediaman, tambah surat kabar itu.

Hari Berkabung Nasional untuk Rahman diperkenalkan oleh pemerintahan Hasina pertama kali pada 1996.

Setelah oposisi memenangkan pemilu dan mengganti pemerintahan pada 2001, hari tersebut dihapuskan oleh pihak berwenang baru dan diperkenalkan kembali pada 2008 oleh pemerintah sementara.

Hari tersebut tetap menjadi hari libur nasional selama pemerintahan Hasina dari 2009 hingga 2024.

Baca juga: PM Anwar: Malaysia bersedia bantu pulihkan kedamaian Bangladesh

Hari Berkabung Nasional saat ini dibatalkan oleh pemerintah sementara Bangladesh pimpinan Muhammad Yunus. Pemenang hadiah Nobel itu naik ke tampuk kekuasaan setelah pemerintahan Hasina tumbang.

Pemerintahan Hasina digulingkan sebagai hasil protes dan kerusuhan mahasiswa yang terjadi pada 1-5 Agustus.

Hasina meninggalkan negara tersebut dan pada 6 Agustus mengajukan suaka politik di Inggris.

Pada 8 Agustus, pemerintah sementara diambil sumpahnya di Bangladesh.

Baca juga: Mantan PM Bangladesh disebut tersangka dalam insiden penembakan polisi

Sumber: Sputnik-OANA

Penerjemah: Primayanti
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2024